Karenanya, selain bekerja keras, ketika mata mulai lelah karena terlalu lama 'berkencan' dengan laptop, ia juga perlu mendapatkan relaksasi. Salah satunya dengan menikmati air rebusan kacang hijau.
Fakta lainnya yang membuat sari kacang hijau cocok dikonsumsi oleh 'tukang nulis' seperti saya adalah karena adanya kandungan zat besi yang ada pada air rebusan kacang hijau. Sehingga, bermanfaat bagi penderita anemia atau kekurangan darah.
Zat besi bermanfaat untuk meningkatkan produksi sel darah merah. Sekadar informasi, kekurangan darah merah akan membuat seseorang mudah lelah dan pusing, sehingga akan menghambat aktivitas yang dilakukan. Karenanya, air rebusan kacang hijau bisa menjadi solusi mengatasi masalah anemia.
Berbuka puasa dengan sayur bayam
Dulu, ketika masih bekerja kantoran, salah satu momen yang paling saya rindukan ketika Ramadan adalah masa berbuka puasa di rumah. Maklum, kala itu, saya hanya mendapatkan libur sehari dalam sepekan. Praktis, selama Ramadan, hanya bisa 3-4 kali saja berbuka puasa di rumah.
Salah satu hal yang membuat saya kangen berbuka puasa di rumah adalah sayur bayam alias sayur bening. Rasanya mantab sekali mengisi perut setelah seharian berpuasa dengan sayur bayam.
Hingga kini, salah satu favorit saya untuk berbuka puasa adalah sayur bening bayam. Plus, tempe yang dikukus lantas dipenyet dengan sambal tomat. Terkadang ditambahi dadar jagung bikinan istri. Begitu saja. Sederhana dan tidak ribet memasaknya, tapi nikmatnya luar biasa.
Dan, bicara manfaat, kita tahu, salah satu khasiat bayam untuk kesehatan yang telah dikenal sejak dulu adalah kandungan zat besinya.Â
Ya, bayam merupakan salah satu asupan yang kaya zat besi sehingga dapat mencegah anemia. Ini karena zat besi bermanfaat untuk membantu memproduksi sel-sel darah merah.
Tentu saja, masih ada 'jurus' lain untuk mengatasi pusing karena keseringan berada di depan laptop. Selain mengonsumsi sayur bayam dan air rebusan kacang hijau serta mandi air hangat, cara paling mudah yang bisa kita lakukan adalah dengan mengelola stress.
Sejatinya, sebagai pekerja yang bekerja di bidang tulis-menulis, kita paham beban yang kita tanggung. Bahwa kita bekerja dengan mengandalkan pikiran, bukan tenaga/fisik. Dan, pikiran acapkali butuh asupan gizi yang bahkan lebih besar dibandingkan fisik.