Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Ramadan di Tengah Wabah, Jadilah "Pemalas yang Positif"

27 April 2020   09:23 Diperbarui: 27 April 2020   09:26 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahkan, di masa wabah Corona ini, beberapa pesan singkat di media sosial menyebutkan bahwa dengan hanya rebahan di rumah, kita sudah berjasa bagi negara. Sebab, dengan tetap berada di rumah, kita sudah ikut berperan untuk menghentikan persebaran virus.

Tapi memang, logikanya, dengan tidur dan rebahan, kita akan terhindar dari melakukan perbuatan-perbuatan yang bisa merusak puasa. Seperti membicarakan aib orang lain ataupun menonton tayangan buang-buang waktu di Youtube yang tidak seharusnya ditonton.  

Toh, bilapun rebahan itu ada manfaatnya, apa iya selama seharian berpuasa kita terus rebahan. Bilapun rebahan itu berpahala, tetapi bila bisa beraktivitas yang bermanfaat di rumah, tentu nilai ibadah dan pahalanya lebih besar.

Agar tidak malas rebahan saja, kita perlu menetapkan beberapa target selama Ramadan. Ada harapan yang ingin dicapai. Seperti target membaca Alquran setiap hari. Target sholat tepat waktu dan tidak bolong-bolong. Ataupun target menghasilkan tulisan bermanfaat dalam sehari.

Termasuk target mengurangi tidur malam demi lebih banyak beribadah. Semisal bangun lebih awal dari waktu sahur. Dengan malas rebahan saja dan melakukan aktivitas di rumah, Ramadan kita tentu akan lebih keren.

Malas Mendramatisir Kehidupan Sendiri di Media Sosial

Situasi sulit yang terjadi sekarang imbas dari wabah Corona, membuat beberapa orang mulai mudah berkeluh kesah. Utamanya perihal kondisi ekonomi karena pekerjaan dan penghasilan yang tidak lagi selancar dulu.

Dari pantauan di media sosial, saya sempat menemukan postingan teman di dunia maya yang menumpahkan kesulitan yang mereka hadapi di media sosial. Hampir setiap hari, status dan narasi tulisan yang diposting di akun media sosialnya, hanya berisi keluhan. Kisah sulit kehidupannya malah dibagikan di ruang publik.

Padahal, salah satu esensi dari melaksanakan puasa Ramadan, kita diajari untuk lebih bersabar. Kita diajari untuk menahan diri. Termasuk menahan diri untuk tidak mendramatisir kehidupan sendiri di media sosial.

Padahal, ketika kita terus-menerus menceritakan kesulitan hidup yang kita hadapi di ruang publik, tidak semua orang akan merasa bersimpati dan kasihan. Malah mungkin ada yang menertawakan.

Lha wong kita tidak sedang susah sendirian. Semua orang juga sedang kesulitan. Apa tidak malu dengan orang lain yang juga sedang susah bahkan mungkin lebih susah, tetapi mampu lebih bersabar.

Karenanya, penting selama bulan Ramadan ini untuk menjadi orang yang malas mendramatisir kehidupan sendiri di media sosial. Bilapun situasi memang sedang sulit, cukuplah curhat dengan Dia Yang Maha Memudahkan Urusan agar diberikan jalan keluar terbaik. Bukannya curhat di media sosial yang malah sia-sia.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun