Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Ramadan di Tengah Wabah, Jadilah "Pemalas yang Positif"

27 April 2020   09:23 Diperbarui: 27 April 2020   09:26 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjalankan puasa Ramadan di tengah wabah, membuat kita kini lebih banyak di rumah. Mungkin, kita akan menjadi malas. Semisal lebih banyak rebahan di rumah. Namun, bilapun menjadi pemalas, jadilah pemalas yang positif selama Ramadan./Foto:unsplash.com/@creativeexchange/IDN Times

Bulan Ramadan kali ini datang dengan cara 'berbeda'. Tidak biasanya, bulan yang bila kita menyambut kedatangannya dengan bergembira saja sudah menjadi pahala, kali ini datang di tengah wabah.

Ya, wabah coronavirus disease (Covid-19) yang mewabah di hampir semua wilayah dan belum jelas kapan akan berakhir, membuat sebagian besar dari kita menyambut Ramadan tanpa sukacita.

Malah, beberapa dari kita menyambut Ramadan dalam suasana lara karena kondisi ekonomi keluarga yang semakin tidak menggembirakan. Karena Corona, mereka yang biasanya merasakan 'panen' selama Ramadan, kini malah mengalami 'paceklik'. Tidak sedikit yang kini 'dirumahkan'.

Karena corona, kita tidak bisa lagi melewatkan malam-malam Ramadan di masjid dengan beribadah berjamaah seperti dulu. Anak-anak yang biasanya paling senang menunggu waktu bisa bersantap takjil berbuka dan sholat tarawih bareng teman-temannya, hanya bisa bertanya mengapa kali ini tidak bisa. Lantas hanya pasrah.

Ya, sesuai imbauan pemerintah demi membatasi ruang gerak virus yang sudah menjadi pandemi ini, kita memang diimbau untuk melewatkan Ramadan dari rumah. Seperti melakukan aktivitas ibadah bersama keluarga di rumah. Juga berbuka puasa dan sahur dari rumah. 

Tidak lagi ada buka bareng di rumah makan atau di food court mall bareng teman-teman kantor, bagi-bagi takjil di jalan, maupun melakukan sahur on the road bersama komunitas seperti dulu.

Namun, bagaimanapun situasi yang terjadi, tidak membuat Ramadan kehilangan kemuliaannya. Ramadan tetaplah bulan yang penuh berkah dan pahala. Bulan ibadah. Bulan diturunkannya Alquran.

Memang, dengan lebih banyak melewatkan hari di rumah, kita mungkin akan menjadi lebih 'malas' dibanding bila bisa beraktivitas seperti biasa. Apalagi bagi sampean (Anda) yang memiliki mobilitas tinggi, kini mendadak 'dipaksa' di rumah saja.

Sejak sebelum Ramadan, saya pun merasakan perubahan dari biasanya bekerja 'mengukur jalan' dan bertemu banyak orang, kini hanya di rumah saja. Terkadang muncul rasa bosan dan malas. Terlebih bila target pekerjaan sudah selesai.

Nah, selama Ramadan ini, bilapun memang terpaksa menjadi pemalas dikarenakan keadaan memang seperti ini, kita bisa menjadi orang malas yang berguna selama Ramadan. Seorang 'pemalas positif'. Pemalas yang seperti apa?

Malas bila rebahan saja

Sejak kecil, alam pikir kita sudah mendapat asupan informasi yang kita yakini kebenarannya, bahwa tidurnya orang puasa selama Ramadan itu berpahala. Meski belakangan, ada yang berujar bila sumber hadits nya itu lemah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun