Yakni juara Liga Serie A Italia (Scudetto) di musim 2000-01, dua kali juara Coppa Italia pada musim 2006/07 dan 2007/08 dan juara Super Coppa Italia 2001 dan 2007. Bayangkan, 25 tahun hanya bisa meraih lima trofi.
Padahal, bila berpikir pindah ke "zona nyaman" alias ke klub yang lebih besar dan punya peluang meraih trofi, Totti sangat bisa melakukannya. Lha wong dia pemain top yang membuat banyak klub top tertarik. Lha wong klub top Spanyol, Real Madrid pernah menawar dirinya pada tahun 2003 silam.
Kala itu, Madrid berstatus Los Galacticos yang bertabur pemain bintang seperti Zinedine Zidane, Ronaldo, Luis Figo, hingga David Beckham. Sementara Roma tengah dalam situasi tak pasti setelah sempat jadi juara Liga Italia. Padahal, andai Totti merapat ke Madrid, dia pastinya telah memenangi banyak trofi.
Totti pernah dikabarkan menyesal telah menolak pinangan Madrid. Namun, saat pensiun, dia menegaskan bahwa dirinya tidak pernah menyesali keputusan saya.
"Saat saya bertemu pemain Real Madrid dari masa itu, mereka pasti bilang.'Anda gila, Anda menolak tim terbaik di dunia'. Saya membuat keputusan demi cinta yang tidak pernah saya sesali. Bertahan di Roma adalah kemenangan ganda. Bermain 25 tahun mengenakan tim yang saya dukung," ujar Totti dalam wawancara dengan media.
Karenanya, kadar loyalitas Totti berbeda dengan pemain-pemain lainnya. Demi loyalitas terhadap klub yang dicintainya, Totti rela 'sakit'. Meraih lima trofi selama 25 tahun, jelas terbilang sangat jarang sekali.
Namun, loyalitasnya kepada klub kota kelahirannya itu membuat Totti dicintai banyak orang. Terlebih, dia salah satu pahlawan saat Italia jadi juara di Piala Dunia 2006.
Hingga kini, insan sepak bola dunia menaruh hormat kepadanya. Totti dianggap legenda. Pahlawan besar dalam sepak bola. Sewaktu AS Roma bertemu Barcelona, megabintang sekelas Lionel Messi bahkan khusus menemui Totti demi ingin bertukar jersey. Messi menganggap Totti sebagai salah satu pemain yang menginspirasi kariernya.
Bila loyalitas terhadap profesi itu memang sakit, semoga loyalitas para tenaga medis dalam berjuang melawan pandemi Covid-19 ini, berbuah penghargaan dan penghormatan. Bukan malah penolakan dari masyarakat yang tidak menghargai jasa-jasanya. Seperti Totti yang hingga kini dianggap pahlawan dalam profesinya. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H