Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Belajar dari Jalan Sukses Toto Schillaci, "Orang Biasa" yang Jadi Idola di Piala Dunia 1990

8 April 2020   07:55 Diperbarui: 8 April 2020   08:18 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
storiedicalcio.altervista.org | Penyerang Timnas Italia di Piala Dunia 1990, Salvatore

Sebuah malam dramatis. Dan Toto terlihat lebih hebat dari Maradona ketika dia mencetak gol di menit ke-17. Tapi, untuk pertama kalinya, gawang Italia jebol oleh gol Claudio Caniggia di menit 67. Langkah Italia pun terhenti usai kalah adu penalti, 3-4.

Mungkin ketidakberuntungan Italia itu karena Schillaci tidak ikut ambil bagian dalam adu penalti. Tetapi, dia belum mau berhenti mencetak gol. Dia membuat gol penentu kemenangan Italia 2-1 lewat titik penalti atas Inggris di laga perebutan tempat ketiga Piala Dunia 1990. 

Jumlah enam gol di akhir turnamen, membuat Schillaci memenangi sepatu emas. Dia unggul dari nama-nama tenar seperti Lineker (4 gol) ataupun Caniggia (2 gol). Toto juga terpilih jadi pemain terbaik Piala Dunia 1990.

Sukses Toto, sebuah anomali yang lezat
Kolumnis Tom Adams dalam tulisannya berjudul "Toto Schillaci: One-hit wonder" pada 26 Maret 2010 lalu menyebut sukses Schillaci menjadi top skor dan Pemain Terbaik Piala Dunia 1990 adalah sebuah anomali yang lezat.

Ketika Eusebio, Gerd Muller, Grzegorz Lato, Mario Kempes, Paolo Rossi, atau Gary Lineker jadi top skor, tidak banyak orang mengusiknya. Tetapi untuk Schillaci, orang menganggapnya bak kisah Cinderella yang pergi ke pesta mewah karena bantuan sang peri baik hati.

"Notti magiche di Toto Schillaci" alias keajaiban malam Toto Schillaci, begitu ungkapan yang ditulis Tom Adams.

Dan ungkapan Tom Adams itu ada benarnya. Bak kisah Cinderella yang setelah jam 12 malam kembali berubah jadi orang biasa, Schillaci pun demikian. Setelah Piala Dunia 1990, nama Schillaci yang sebelumnya ada di langit ketujuh, seperti langsung jatuh ke bumi.

Di Juventus, dia gagal mengulang aksi heroic nya di Piala Dunia 1990. Hanya mencetak lima gol dari 29 penampilan di musim 1990/91 dan enam gol dari 30 penampilan di musim 91/92, membuat nya dilego ke Inter Milan. Namun, dua tahun di Inter, dia hanya mencetak 11 gol dari 30
kali main. Schillaci pun lantas 'terbuang'. Dan tahun 1994, dia berkelana ke Jepang, bermain untuk klub Jubilo Iwata.

Di Timnas Italia, nama Schilacchi juga tak pernah lagi bermain di Piala Dunia. Bahkan, setelah Piala Dunia 1990, dia hanya main empat kali dan mencetak satu gol bersama Italia. Total, dia hanya memainkan 16 pertandingan dengan seragam Italia.

Toh, meski hanya merasakan euforia "Fifteen minutes of fame", Schillaci tentu tidak pernah menyesal pernah mendapatkan kesempatan tampil di turnamen bola terbesar di planet ini.

Orang mungkin akan mengenang tampilnya Schillaci sebagai pemain terbaik dan pencetak gol terbanyak di Piala Dunia 1990, sebagai sebuah keanehan: anomali. Tetapi, seperti kata Tom Adams, itu kenikmatan yang lezat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun