Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Corona, Cerita Nelangsa, dan Mengais "Berkah dalam Bencana"

22 Maret 2020   08:03 Diperbarui: 22 Maret 2020   08:08 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada kawan pengajar di lembaga bimbingan belajar (LBB) yang karena sekolah diliburkan, LBB tempatnya mengajar pun ikut diliburkan. Dia pun untuk sementara libur mengajar.

Padahal, andai tetap bisa mengajar, dari beberapa pertemuan tatap muka dengan murid di LBB itu, bila diakumulasi, dia bisa mendapatkan pemasukan dengan jumlah lumayan. Tapi apa daya, corona mengubah cerita indah itu jadi nelangsa.

Ada pula kawan yang sudah punya agenda membuat kegiatan pelatihan membuat video di sebuah sekolah SMA. Agenda sudah dibuat jauh-jauh hari. Namun, apa daya, beberapa hari jelang hari H, dia malah mendapat kabar bila sekolah malah diliburkan. Pelatihan itupun batal digelar.

Ada lagi cerita nelangsa seorang kawan yang diunggah di media sosialnya. Cerita seorang kawan yang menjalankan usaha sablon kaos. Mendadak, ia mendapat kabar bila orderan kaos yang sebelumnya dipesan, ternyata dibatalkan. Memangnya ada kaitan dengan corona?

Ya, karena kaos yang rencananya disablon itu untuk kegiatan yang akan melibatkan banyak orang. Rencananya akan dibagikan ke peserta kegiatannya. Tapi, karena kegiatannya batal, jadinya order kaosnya juga ikut batal.    

Ada lagi cerita nelangsa dari kota sebelah. Ada seorang anak yang memposting foto dagangan ibunya di sentra PKL sembari menyebut bila sentra PKLnya kini sangat sepi pembeli. Tidak seperti biasanya ketika ada banyak orang berkumpul di sentra sembari memesan makanan dan minuman.
 
Postingan foto itu membuat banyak orang ikut berempati. Saya pun ikut mengandaikan, semisal bila ibu saya berjualan di sentra dan hanya mengandalkan pemasukan dari situ, lantas kini tidak banyak orang yang datang ke sentranya.

Sama seperti membayangkan bagaimana nasib para penjual cilok, cilor, batagor, dan penjual kecil lainnya yang biasa berjualan di sekolah anak-anak. Ketika sekolah diliburkan hingga akhir Maret, entah bagaimana caranya mereka bisa mendapatkan penghasilan.

Hikmah dari situasi yang sulit

Toh, meski ada banyak cerita nestapa, ada pula cerita dari mereka yang bisa memungut 'a blessing in disguise". Sebuah berkah dari bencana. Mereka yang bisa merasakan hikmah dari situasi yang sulit bahkan mencemaskan seperti sekarang.

Ada kawan yang bercerita, karena dia harus memberesi pekerjaan dari rumah, sementara anak-anak juga belajar dari rumah, maka mereka bisa berkumpul meski di hari kerja. Kata dia, corona membawa keluarganya bersama kembali dalam rumah dan melakukan aktivitas bersama-sama di rumah.

Lebih banyak berada di rumah juga mengajarkan kita untuk menerapkan pola hidup sehat. Kita tidak lagi gemar jajan dan makan sembarangan di luar. Lha wong istri membuat masakan yang lebih segar dan jelas lebih sehat. Bonusnya lagi, sekeluarga bisa makan bersama. Sesuatu yang mungkin jarang bisa dilakukan, bahkan dalam satu bulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun