Semisal lagu 'Suratku' nya Heidi Yunus, 'Lara Hati' nya Katon Bagaskara, atau 'Kau Yang telah Pergi' nya Caffeine. Di masa itu, lagu-lagu itu top banget untuk melebur rasa pedihnya hati. Ketahuan umurnya karena lagunya lawas banget. Â
Zaman sekarang, mendengar lagu-lagunya Didi Kempot sudah cukup untuk 'menikmati' keambyaran hubungan dengan kekasih yang sudah jadi mantan.
Apalagi memutar lagu "Kartonyono Medot Janji" nya Denny Caknan yang lagi top-topnya itu. Mendengar intronya saja, jiwa yang sakit hati seolah langsung berontak.
"Loro ati iki, tak mbarno kanggo latihan
sok nek wes oleh gantimu, wes ra kajok aku
wergo wes tau, wes tau jeru".
"Mbiyen aku jek betah
suwe-suwe wegah
nuruti kekarepanmu sansoyo bubrah"
"Kartonyono ning Ngawi medot janjimu
ambruk cagak nuruti angan-anganmu
sak kabehane wes tak turuti, tapi malah mbelanji"
Perihal menyeramkannya kata mantan, maknanya semakin terasa menyeramkan bagi mereka yang sudah menjadi pasangan suami istri. Tentunya tidak semua. Tapi, ada sebagian orang yang mengalaminya.
Dari cerita beberapa kawan, mereka seolah 'mengharamkan' kata mantan dalam obrolan di rumah mereka. Alasannya, supaya tidak menyakiti perasaan pasangan.
Malah ada yang bercerita, setelah hadir di reunian SMA ataupun reunian kawan kuliah yang membuat mereka bertemu mantan semasa di sekolah/kuliah, lantas disambung obrolan di ruang WhatsApp. Nah, ketika tiba di rumah, obrolan di WA itu pun langsung "di-clear chat". Dihapus.
Katanya khawatir bila mendadak WA tersebut dibaca istri. Padahal percakapan biasa saja. Tidak mengarah pada potensi tumbuhnya CLBK alias cinta lama bersemi kembali.
Tentu saja, clear chat WA itu tidak selalu dikonotasikan buruk. Namanya orang tentu berbeda-beda. Ada yang memang ingin menjaga perasaan istri dan tidak mau melukai perasaannya sehingga lebih baik percakapan dengan mantan itu dihapus saja. Ada pula yang memang benar-benar jadi anggota "ISTI" alias Ikatan Suami Takut Istri".
Mantan hanya masa lalu, tidak lebihÂ