Februari itu bulan kasih sayang. Benarkah?
Bila mengacu pada pandangan kawan-kawan yang tidak merayakan "hari kasih sayang" di bulan Februari, kasih sayang itu tidak mengenal bulan. Lha wong setiap hari bisa berkasih sayang. Saya pun beranggapan begitu.
Namun, bila harus memilih bulan sebagai momen 'kasih sayang', saya akan lebih memilih Maret. Sebab, ada dua tanggal spesial yang saya ingat di bulan Maret ini. Tanggal ketika anak dan istri saya menandai hari jadinya. Â
Tetapi memang, benarlah bunyi ungkapan bahwa setiap orang itu ada masanya dan setiap masa ada orangnya. Maksudnya, bagi saya, sekarang bukan lagi masanya menganggap Februari sebagai bulan kasih sayang. Meski, saya dulu pernah mengalami masanya.
Masa ketika dulu pernah menganggap "Valentine" sebagai hari spesial. Masa ketika dulu seolah merasa wajib dan bela-belain membeli coklat di hari itu, demi diberikan kepada seseorang yang kemudian menjadi mantan.
Ah ya, mungkin bagi sebagian orang, kata mantan itu menyeramkan. Seperti selayaknya hal-hal yang menyeramkan, banyak orang tidak mau membayangkan, membicarakan, apalagi bila bertemu langsung. Faktanya, banyak orang yang seperti dijangkiti fobia bila bicara mantan. Ada ketakutan yang sangat berlebihan. Entah apa nama fobia tersebut.
Tetapi memang, ada alasan yang membuat mantan itu memang menyeramkan. Alasannya, mantan identik dengan masa lalu yang perih. Bahwa, dulu kita pernah gagal dalam menjalin hubungan asmara dengan seseorang. Kandas.
Entah apakah kegagalan itu karena dia yang memutuskan hubungan sebab karena terpesona dan lebih memilih orang lain dengan alasan yang kala itu dibuat-buat. Ataukah karena hubungan yang dijalani ternyata tidak direstui oleh orang tua.
Duh, sekilas, membayangkan kalimat itu saja sakit. Apalagi bila mengingat sang mantan yang ternyata lebih dulu menikah dengan orang lain. Haha.
Dulu, tentu saja menyakitkan ketika merasakan hubungan asmara yang terjalin ternyata kandas. Apalagi melihat langsung, di depan mata, si mantan 'jalan' dengan orang lain. Rasanya perih. Meski wajah masih bisa tersenyum.
Zaman saya masih belia dulu, di pertengahan 90-an, lara hati karena mantan itu seringkali dilampiaskan dengan mendengar lagu. Semisal me re-quest di stadion radio untuk diputarkan lagu sendu sembari me-mention nama mantan.Â