Sebelumnya, di semifinal, Antonsen bisa mengalahkan Jonatan Christie. Dia tidak keder meski "diteror" oleh suporter Indonesia yang jelas mendukung Jonatan.
Fakta satu lagi, di Indonesia Open 2019 yang juga digelar di Istora pada pertengahan Juli, Antonsen lagi-lagi bisa tampil di final. Meski, dia kalah rubber game dari Chou Tien-chen.
Nah, tahun 2020 ini, Antonsen seperti kembali mengulangi peruntungannya di Istora. Dia bisa beradaptasi dengan baik kala bermain di Istora. Utamanya kesiapan mentalnya dalam menghadapi teriakan suporter Indonesia.
Ya, dalam perjalanan menuju final, Antonsen kembali berhadapan dengan Jonatan Christie yang tentu saja didukung publik Istora. Dia kembal bisa mengalahkan Jonatan seperti tahun lalu. Bedanya, bila tahun lalu menang di semifinal, kali ini di babak perempat final. Bila tahun lalu menang straight game, kali ini dia menang rubber game.
Toh, Ginting berbeda dengan Jonatan. Bila Jonatan masih kesulitan juara di turnamen BWF Super 500, Ginting sudah melakukannya. Dia juara di Indonesia Masters Super 500 di tahun 2018. Juga juara di China Open Super 1000 tahun 2018.
Ya, final malam nanti akan menjadi pertemuan dua juara Indonesia Masters di dua edisi terakhir. Namun, saya merasa kali ini momennya Ginting.
Ginting ingin juara di rumahnya sendiri. Dia ingin mengawali tahun 2020 dengan keren. Sekaligus mengakhiri penasaran lima kali kalah di final di tahun 2019 lalu. Dan, dengan gelar juara, Ginting juga ingin memberikan motivasi kepada Momota agar segera kembali bermain. Salam.