Mulai Rabu (11/12) kemarin, di tengah hingar-bingar SEA Games 2019 yang memasuki akhir cerita serta matchday terakhir fase grup Liga Champions, bulu tangkis juga punya agenda penting. Bertempat di Kota Guangzhou, Tiongkok, BWF punya gawe. Nama gawenya, BWF World Tour Finals 2019.
Sesuai namanya, turnamen ini merupakan final dari serangkaian agenda BWF World Tour selama tahun 2019 ini. Peserta yang tampil tidak sembarangan. Hanya delapan pemain/pasangan terbaik dengan peringkat poin tertinggi di lima nomor sesuai pencapaian mereka di rangkaian turnamen BWF World Tour tahun ini. Artinya, total ada 40 pemain/pasangan yang tampil.
Setiap negara, maksimal hanya boleh mengirimkan dua wakil mereka di setiap nomor. Mereka lantas diundi dan dibagi menjadi dua grup. Setelah melakoni tiga pertandingan fase grup dengan sistem round robin, kemudian diambil dua pemain/pasangan peringkat 1-2 dari dua grup untuk tampil di semifinal.
Menariknya, dari total 40 pemain/pasangan yang tampil di BWF World Tour Finals 2019, tiga diantaranya merupakan pasangan ganda yang baru saja meraih medali emas nomor perorangan bulu tangkis di SEA Games 2019.
Dua diantaranya dari Indonesia. Yakni pasangan ganda putri Greysia Polii/Apriani Rahayu dan pasangan ganda campuran Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti. Sementara satunya adalah ganda putra Malaysia, Aaron Chia/Soh Wooi Yik.
Senin (9/12) sore waktu Manila, Filipina, ketiganya berhasil naik podium tertinggi dalam pengalungan medali. Ketiganya meraih medali emas. Kecuali Praveen, bagi pemain lainnya, itu untuk kali pertama mereka meraih keping emas di SEA Games.
Meski, tidak ada euforia berjilid-jilid. Sebab, hari itu juga, mereka langsung terbang ke Guangzhou. Malam harinya ada acara gala dinner. Lantas, Rabu (11/12), ketiganya sudah harus tampil di pertandingan pertama BWF World Tour Finals.
Tiga peraih medali emas SEA Games gagal lolos ke semifinal BWF World Tour FinalsÂ
Yang terjadi, setelah tampil tiga kali beruntun di penyisihan grup mulai Rabu (11/12) hingga Jumat (13/12), ketiganya ternyata gagal lolos ke babak semifinal. Ya, tiga pasangan peraih medali emas ini tak berdaya.
Greysia/Apriani yang berada di Grup A, tak mampu meraih satu pun kemenangan dari tiga pertandingan. Mereka takluk dari ganda Jepang, Yuki Fukushima/Sayaka Hirota yang merupakan unggulan 1. Serta dua ganda putri tuan rumah, Chen Qingchen/Jia Yifan (unggulan 4) dan juga Du Yue/Li Yinhui (6).
Menariknya, Greysia/Apriani selalu kalah rubber game. Di tiga laga, mereka selalu bisa menang di game pertama. Mereka bisa main gas pol di game pertama. Tapi, langsung loyo di game berikutnya. Seperti saat melawan Yuki/Sayaka di laga pertama, Greysia dan Apri bisa menang 21-19 di game pertama. Ternyata di game kedua, mereka kalah telak 5-21. Lantas kembali kalah 9-21 di game penenttuan.
Cerita serupa juga terjadi saat melawan Chen/Jia dan Du Yue/Li Yinhui. Imbasnya, Greysia/Apriani tersingkir cepat. Mereka gagal lolos ke semifinal.
Di sektor ganda campuran, Praveen/Melati juga tak mampu mengeluarkan penampilan terbaik mereka seperti saat jadi juara di Denmark dan French Open pada akhir Oktober lalu. Berada di "grup neraka", Praveen dan Melati tak mampu meraih kemenangan.
Kalah 11-21, 19-21 dari rekan sepelatnas, Hafiz Faizal/Gloria Widjaja di laga pertama, mereka lalu kalah rubber game dari pasangan Jepang, Yuta Watanabe/Arisa Higashino 15-21, 21-18, 15-21. Dan Jumat (13/12) sore kemarin, di laga terakhir, Praveen/Melati kembali kalah rubber game dari pasangan tuan rumah, Zheng Siwei/Huang Yaqiong.
Praveen/Melati pun gagal lolos ke semifial. Dan yang bikin sedih, Hafiz/Gloria ternyata juga gagal lolos usai kalah 14-21, 12-21 dari Yuta/Arisa di laga terakhir kemarin.
Artinya, di semifinal yang akan dimainkan Sabtu (14/12) mulai siang nanti, selain ganda putri, Indonesia juga tidak memiliki wakil di sektor ganda campuran.
Bagaimana dengan penampilan ganda putra Malaysia? Aaron Chia/Soh Wooi Yik yang di SEA Games 2019 mendominasi nomor ganda putra, termasuk mengalahkan ganda Indonesia unggulan 1, Fajar Alfian/M Rian Ardianto, ternyata tak berkutik.
Mereka juga gagal lolos ke semifinal. Aaron/Soh kalah dari Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan 19-21, 16-21 di laga pertama. Lantas, kembali kalah dari ganda Taiwan, Lee Yang Wang Chi-lin lewat pertandingan rubber game.
Bukan karena kelelahan, Greysia/Apri kurang bisa menjaga momentum
Pertanyaannya, mengapa tiga pasangan juara di SEA Games 2019, tak berdaya di BWF World Tour Finals 2019 ? Apakah karena faktor kelelahan? Ataukah karena ada faktor lain?
Bertanding di dua kompetisi berbeda, di negara yang berbeda pula, serta hanya dalam selisih dua hari, jelas menjadi tantangan yang tidak mudah bagi pemain manapun. Pemain harus dalam kondisi fisik yang benar-benar prima. Juga punya ketahanan mental.
Dan yang tidak kalah penting, punya kemampuan cepat untuk beradaptasi dengan apapun situasi di lapangan. Seperti kondisi angin dan berat shuttlecock yang lebih berat ketimbang di SEA Games. Termasuk juga tampilan lapangan yang berwarna merah. Tidak hijau seperti biasanya. Â
Toh, sebagai pemain top dunia yang terbiasa melakoni serangkaian jadwal padat, saya yakin kondisi fisik mereka siap menghadapi jadwal beruntun seperti ini. Mereka juga bisa beradaptasi dengan lapangan dan shuttlecok. Termasuk cuek dengan teriakan suporter tuan rumah ketika menghadapi pemain Tiongkok.
Karena bukan robot, tentu saja mereka masih merasakan capek. Toh, itu masih bisa dilawan. Faktanya, penampilan mereka di lapangan sejatinya tidak terlalu buruk.
Dalam wawancara dengan badmintonindonesia.org, Greysia/Apriyani sama sekali tidak mengungkit perihal kondisi fisik. Mereka justru menyoroti ketidakmampuan menuntaskan pertandingan ketika sedang berada "di atas angin".
Seperti di pertandingan terakhir kemarin, mereka seharusnya bisa menang. Setelah unggul 21-12 atas Du Yue/Li Yinhui di game pertama, mereka sudah unggul 10-6 di game kedua. Yang terjadi, poin mereka malah tersusul 10-11. Lantas, kalah 17-21 di game kedua. Di game ketiga, ganda Tiongkok semakin ganas.
"Harusnya kami bisa, tapi di game kedua tadi kami kecolongan. Harus diakui kami masih kurang bisa menjaga momentum. Dan kami juga mau menantang diri sendiri untuk berubah dan keluar dari kondisi ini," tutur Greysia Polii.
Meski kecewa karena gagal mendapatkan poin dari turnamen ini yang juga menjadi perhitungan untuk Olimpiade, ganda putri peringkat delapan dunia ini mengaku mendapat pelajaran berharga. Greysia/Apri jadi tahu, titik manah yang bisa untuk menjadi bahan evaluasi untuk perbaikan tahun 2020 mendatang.
"Di satu sisi, secara permainan, sudah mulai kembali untuk bersaing di top level. Tapi di sisi lain, kami merasa belum puas karena seperti masih ada yang mengganjal, seperti masih ada pekerjaan rumah yang belum diselesaikan. Kami petik pelajaran positifnya dari kejuaraan ini," ungkap Greysia dikutip dari https://badmintonindonesia.org/app/information/newsDetail.aspx?/8840.
Praveen/Melati merasa sudah tampil bagusÂ
Praveen dan Melati juga tidak menjadikan kelelahan sebagai 'kambing hitam'. Karena memang, kecuali pertandingan pertama saat melawan Hafiz/Gloria, mereka sejatinya mampu tampil baik. Tetapi memang, lawan yang dihadapi Yuta/Arisa dan Siwei/Yaqiong yang merupakan pasangan top dunia.
Malah, saat melawan Siwei/Yaqiong kemarin, Praveen dan Melati sempat berpeluang menang. Usai kalah telak 8-21 di game pertama, mereka berbalik menang 21-15 di game kedua setelah memaksa Siwei dan Yaqiong berulang kali melakukan kesalahan sendiri.
Nah, di game ketiga, laga berjalan ketat. Saat poin kritis, Praveen/Melati sempat tertinggal 18-20. Namun, mereka bisa menyusul 20-20. Laga pun dilanjutkan dengan adu setting poin. Sayangnya, Praveen/Melati memberi lawan dua poin beruntun setelah netting Melati gagal melewati net dan smash Praveen menyangkut di net.
Pendek kata, Praveen/Melati tampil tidak 'malu-maluin'. Karenanya, meski kecewa tidak mendapatkan satu pun kemenangan, mereka masih bisa gembira dengan permainan mereka.
"Kalau dilihat dari segi permainan hari ini, kami merasa sudah cukup puas. Kami sudah memberikan permainan terbaik, apalagi lawannya nggak mudah, mereka pasangan nomor satu dunia. Tapi setidaknya kami sudah berusaha memberikan yang terbaik," ujar Praveen.
"Masih ada kesempatan untuk memperbaiki kekuarangan supaya kami bisa terus berjuang memperebutkan poin ke Olimpiade Tokyo 2020 nanti," sambung Praveen dikutip dari https://badmintonindonesia.org/app/information/newsDetail.aspx?/8839
Dominan melawan Fajar/Rian di SEA Games, ganda Malaysia kalah mental melawan Hendra/Ahsan
Sementara menyoal penampilan ganda putra Malaysia, meski jadi juara di SEA Games, tetapi di level elit dunia, mereka masih butuh waktu untuk berada di papan atas. Meski, tahun ini mereka bisa tampil di final All England Open 2019. Karena memang, persaingan ganda putra dunia sangat ketat. Netizen Indonesia bahkan ada yang menjuluki mereka sebagai "piyik" alias kurang berpengalaman.
Anda yang rutin melihat penampilan mereka di televisi, pasti tahu perbedaan mereka ketika tampil di ajang SEA Games dan BWF World Tour Finals.
Di SEA Games, mereka sangat percaya diri. Mainnya meledak-ledak. Bahkan, ketika mengalahkan Fajar/Rian di perempat final, mereka beberapa kali melakukan provokasi di lapangan melalui gesture mereka. Dan itu berhasil membuat Fajar/Rian terdiam.
Namun, ulah itu tidak berlaku kala melawan Hendra/Ahsan yang sudah tidak mempan dengan provokasi semacam itu. Malah, ketika melawan Hendra/Ahsan, Aaron/Soh yang selama ini sering kalah, lebih banyak diam dan serasa kurang percaya diri.
Pada akhirnya mereka kalah straight game. Dan itu membuat rekor pertemuan mereka melawan Hendra/Ahsan menjadi 1-5. Ya, mereka hanya mampu menang sekali dalam enam pertemuan.
Meski, penampilan Aaron (22 tahun) dan Soh (21 tahun) di usianya yang masih muda, juga patut menjadi perhatian PBSI. Bukan tidak mungkin, kelak mereka bisa menjadi rival utama bagi ganda putra Indonesia.Â
Indonesia punya tiga wakil di semifinal
Hari ini, BWF World Tour Finals 2019 akan memainkan babak semifinal. Dari 20 pemain/pasangan yang tampil di semifinal di lima sektor, Indonesia memiliki tiga wakil.
Tiga wakil Indonesia yang lolos ke semifinal yakni Anthony Sinisuka Ginting di tunggal putra, serta pasangan ganda putra Marcus Gideon/Kevin Sanjaya dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Â
Ginting yang lolos sebagai juara Grup A, akan bertemu dengan runner-up Grup A, Chen Long (Tiongkok). Sebelumnya, Ginting sudah mengalahkan Chen Long 21-12, 21-11 di penyisihan grup. Lho kok mereka bertemu lagi di semifinal?
Karena di semifinal, tidak otomatis juara Grup A akan bertemu runner up Grup B. Tapi diundi lagi. Kebetulan, Ginting kembali bertemu Chen Long. Babak semifinal tunggal putra lainnya mempertemukan Kento Momota (Jepang) melawan Wang Tzu-wei (Taiwan).
Di ganda putra, Marcus/Kevin yang lolos sebagai runner-up Grup A, kembali bertemu pasangan Jepang, Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe yang menjadi juara Grup A. Di fase grup, Marcus/Kevin kalah dari Endo/Yuta lewat rubber game 11-21, 21-14, 11-21.
Sementara Hendra/Ahsan yang menjadi runner-up Grup B, juga kembali bertemu juara Grup B, Lee Yang/Wang Chi-lin. Di pertandingan terakhir kemarin, Hendra/Ahsan kalah dari Lee/Wang 18-21, 18-21.
Menarik ditunggu apakah dua ganda putra Indonesia bisa melakukan revans dan mewujudkan 'All Indonesian Final". Termasuk juga menarik menunggu pertemuan Ginting dan Momota di final. Pertemuan keduanya dianggap sebagai salah satu yang paling menarik di tunggal putra saat ini. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H