Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Setelah Dua Kemenangan, Bolehkah Berharap Timnas Juara di "Stadion Bertuah"?

29 November 2019   08:31 Diperbarui: 29 November 2019   08:46 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Egy Maulana, Saddil dan Osvaldo Haay, ikut membawa Timnas meraih kemenangan beruntun atas Thailand dan Singapura di SEA Games 2019. Indonesia berpeluang memburu juara setelah 28 tahun silam mampu berjaya di Manila/Foto: Antara/lifestyle.kontan.co.id

Ketika Timnas Kroasia mengejutkan dunia saat masuk semifinal dan menjadi peringkat tiga di Piala Dunia 1998, itu bukanlah sebuah kebetulan. Pemain-pemain utama Kroasia seperti Davor Suker, Zvonimir Boban, Robert Prosinecki, dan Igor Stimac sudah bermain bersama sejak lama. Mereka membawa Yugoslavia juara Piala Dunia U-20 1987 di Chile.

Lalu, ketika Timnas Italia juara dunia 2006 dengan Andrea Pirlo dan Gennaro Gattuso sebagai 'dirijen kembar' di lini tengah, itu juga bukan kebetulan. Pirlo dan Gattuso sudah bermain bersama sejak di tim junior. Keduanya menjadi ruh saat Italia menjadi juara Piala Eropa U-21 2000 di Slovakia.  

Nah, Timnas Indonesia di SEA Games 2019 juga mirip-mirip dengan cerita Timnas Kroasia dan Italia tersebut. Kita tahu, tim ini mayoritas berisikan "dua alumni tim U-19" yang pernah diasuh oleh Indra Sjafri.

Indra memanggil Evan Dimas dan Zulfiandi untuk mengisi slot dua pemain senior. Kita tahu, keduanya merupakan alumni Timnas U-19. Evan dan Zul merupakan pilar utama ketika menjadi juara Piala AFF U- 19 pada tahun 2013 silam di Sidoarjo. 

Lalu ada beberapa alumni Timnas U-18 yang menjadi peringkat III di Piala AFF U-19 2017 di Myanmar. Mereka diantaranya Egy, Syahrian Abimanyu, Witan Sulaiman, Feby Eka Putra, dan Muhammad Rafli Nursalim.

Lima pemain di tim SEA Games tahun ini juga menjadi bagian dari tim SEA Games di Malaysia 2017 lalu. Mereka yakni bek dan kapten tim Andy Setyo, Asnawi Bahar, Evan Dimas, Saddil Ramdani, dan Osvaldo Haay.

Nah, dengan bermaterikan pemain-pemain yang sudah bermain bersama sejak lama dan juga paham dengan apa yang diinginkan oleh Indra Sjafri, sejatinya itu menjadi keuntungan besar bagi Timnas. Mereka sudah sehati. Mereka sudah paham strategi Indra. Tinggal bagaimana mental tanding mereka di lapangan ketika menghadapi lawan yang 'keras kepala'.

Faktor stadion bertuah

Ah ya satu lagi, berkolerasi dengan judul tulisan ini, saya menyebut Timnas bermain di stadion bertuah. Bagi Timnas Sepak Bola Indonesia, tidak ada kota di wilayah Asia Tenggara yang memberikan kenangan kuat melebihi Manila.

Memang, Jakarta juga pernah memberikan kenangan manis pada Timnas Indonesia pada tahun 1987 silam. Tetapi, dalam sejarahnya, Jakarta justru lebih banyak memberikan kenangan pahit ketimbang manis.

Ya, di Manila, pada 4 Desember 1991 silam, itulah momen kali terakhir Indonesia meraih medali emas sepak bola SEA Games. Ketika Indonesia menang adu penalti 4-3 (0-0) atas Thailand. Dan, kala itu, Indonesia bermain di Stadion Rizal Memorial Stadium.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun