Meski, bagi saya, itu membuat saya lantas berpikir cukup lama. Berpikir, siapa saja para pemenang dan nominee Kompasiana Award di suatu periode yang kini tidak lagi aktif di berbagi tulisan di rumah ini.
Jujur, meski termasuk "Kompasianer tua" merujuk waktu bergabung, saya tidak tahu semua nama pemenang dan nominee Kompasiana Award dari tahun ke tahun. Meski, saya tahu beberapa nama pemenangnya.
Dan, sepengetahuan saya, beberapa pemenang Kompasianival di edisi beberapa tahun belakangan, hingga edisi tahun lalu, hingga kini masih aktif menulis. Diantaranya pak Tjiptadinata Effendy yang tidak diragukan lagi semangat dan konsistensinya menulisnya. Lalu, Mas Susy Heryawan dan Mas Yon Bayu yang sama-sama pernah meraih penghargan "Best Opinion", hingga kini masih rajin menulis.
Kemudian mbak Ya Yat yang pernah terpilih sebagai Kompasianer of The Year, hingga kini masih setia menulis. Utamanya mengabarkan perkembangan terbaru dari lintasan MotoGP. Begitu juga mbak Liliek Fatimah Az-zahrah yang pernah menyabet penghargaan "best fiction". Hingga kini masih aktif berbagi puisi dan cerpen.
Termasuk beberapa nama yang tahun lalu masuk nominee maupun meraih penghargaan, hingga kini masih rajin menghasilkan tulisan di Kompasiana. Diantaranya mas Giri Lumakto yang tahun lalu meraih penghargaan Kompasianer of The Year 2018. Juga ada mas Yonathan Christianto yang tahun lalu menjadi nominee Best Specific Interest. Tahun ini, penulis film yang tulisanya selalu keren ini kembali masuk nominasi di kategori yang sama.
Pendek kata, masih ada beberapa nama Kompasianer yang pernah 'naik panggung juara' di Kompasianival, tetapi tetap produktif menghasilkan tulisan. Meski memang, ada beberapa nama yang kini jarang hadir.
Â
Dan memang, sepanjang saya hampir sembilan tahun mendiami rumah ini, sepengetahuan saya, ada beberapa nama yang dulunya pernah sangat aktif menulis tetapi kini sangat jarang muncul. Boleh jadi karena mereka memang disibukkan dengan urusan pekerjaan sehingga sulit mengatur waktu untuk menghasilkan tulisan.
Artinya, tidak mudah untuk menjaga keistiqomahan menulis di Kompasiana. Terkadang ada saja kendalanya. Bukan hanya karena kesibukan kerja sehingga sulit menemukan waktu untuk menulis. Bisa juga karena sudah kehilangan mood menulis. Ataupun sudah menemukan 'rumah baru' untuk menulis.
Saya pun ketika di Kompasianival 2018 tahun lalu kebetulan masuk nominasi kategori Best Specific Interest, (meski akhirnya tidak menang), saya mendapatkan 'surat cinta' dari Kompasiana. Selain mendapatkan sertifikat, saya juga mendapat pesan yang intinya dimotivasi agar tetap rajin menulis di rumah ini. Dan setahun berlalu, Alhamdulillah, saya masih senang menulis di rumah ini.
Bagi saya, apapun dinamika yang terjadi di rumah ini, terpenting terus menulis. Karena memang, ketika pertama kali bergabung dengan Kompasiana, tujuan saya bukanlah untuk meraih penghargaan. Dulu, saya hanya ingin menulis 'jeda' di sela pekerjaan menulis. Meminjam kalimatnya Prof Pebrianov: "Kompasiana itu tempatnya bersuka ria dengan huruf (tulisan)".
Ya, saya menganggap Kompasiana itu menulis untuk 'bersenang-senang'. Meski, makna bersuka ria tersebut bukan berarti menulis sekadarnya. Tetap, standar kualitas tulisan harus dijaga.
Pun, ketika sempat muncul 'polemik' terkait sistem penghitungan K-Rewards yang diikuti pro dan kontra, itu tidak memengaruhi semangat menulis. Karena sejak awal bergabung, saya memang tidak menganggap Kompasiana sebagai "ladang nyari duit". Kalau untuk tujuan itu, 'mainnya' di 'ladang' yang lain. Ladang yang memang untuk menulis bergaji.