Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Usai Tampil Gagah di China Open, Mengapa Ginting Langsung Out di Denmark Open?

16 Oktober 2019   11:19 Diperbarui: 16 Oktober 2019   11:58 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anthony Sinisuka Ginting langsung terhenti di Denmark Open 2019. Dia kalah dari pemain Prancis non unggulan, Brice Leverdez di babak 32 besar.Foto: badmitonindonesia.org

Putaran pertama (babak 32 besar) turnamen bulutangkis Denmark Open 2019 yang dimulai Selasa (15/10/2019), langsung memunculkan kejutan menyesakkan bagi Indonesia. Kejutan untuk tidak menyebut kekhawatiran yang akhirnya menjadi kenyataan.

Tunggal putra andalan Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting yang pada tiga pekan lalu tampil hebat di China Open 2019, langsung tereliminasi. Ginting dikalahkan pemain senior asal Prancis, Brice Laverde lewat permainan tiga game, 21-16, 19-21, 20-22.

Ya, siapa sangka, Ginting yang di China Open 2019 melaju hingga final dan hanya kalah rubber game dengan skor tipis 19-21 di game penentu dari juara dunia 2018, 2019, Kento Momota, justru seperti pendekar yang lupa jurus andalannya di Denmark Open.  

Padahal, Brice Leverdez tidak termasuk unggulan. Dia kini menempati rangking 37 dunia. Dia juga sudah berusia 33 tahun. Sementara Ginting menjadi unggulan 8 (rangking 8 dunia) dan baru berusia 22 tahun. Dalam permainan rubber game yang membutuhkan stamina bugar, Ginting seharusnya bisa unggul dari Leverdez.

Apalagi, Ginting juga unggul mutlak dalam head to head pertemuan melawan Leverdez. Sebelumnya, kedua pemain sudah tiga kali bertemu. Hasilnya, Ginting selalu menang. Pertemuan terakhir di New Zealand Open 2019 pada awal Mei lalu, Ginting menang dua game langsung, 21-19, 21-17.

Ginting yang masih sulit konsisten di lapangan

Pertanyaannya, mengapa Ginting bisa langsung kalah di babak awal Denmark Open 2019 ?

Sedari tadi malam, saya cukup "kenyang" membaca komentar-komentar para badminton lover di kolom komentar akun media sosial yang menginformasikan perihal kekalahan Ginting tersebut. Ada 2000 lebih komentar.

Dan, dari ribuan komentar tersebut, isinya beragam. Ada yang menguatkan Jojo untuk segera move on dari kekalahan tersebut dengan menyebut "belum rezekinya". Ada yang menyindir halus: "Ginting fokus di China Open 2020" merujuk penampilan Ginting yang selalu bagus di China tapi melempem di sering turnamen lain. Malah ada yang sadis mem-bully (nggak perlu ditulis seperti apa bully-an nya).

Yang jelas, bagi sebagian orang, kekalahan Ginting di babak awal Denmark Open 2019 ini sebuah kejutan tak terduga. Ginting yang tampil nyaris sempurna dari sisi stamina dan kematangan bermain di China Open 2019,  justru tak berkutik di Denmark Open 2019.

Namun, bagi sebagian pecinta bulutangkis, kekalahan ini seperti kekhawatiran yang menjadi kenyataan. Itu bila merujuk penampilan Ginting yang memang acapkali tampil tidak konsisten di turnamen BWF Tour. Seolah konsisten di lapangan itu sangat sulit. Sesulit melupakan mantan yang kenangannya terus muncul.

Sekadar informasi, kekalahan Ginting di babak awal Denmark Open 2019 ini seperti menjadi kejadian yang berulang. Sebuah deja vu. Sebab, tahun lalu, kejadiannya juga seperti itu. Kala itu, Ginting yang datang ke Denmark Open dengan berstatus juara China Open 2019, malah langsung tumbang di babak 32 besar.

Bedanya, tahun lalu, Ginting dikalahkan Momota, lawan yang dia kalahkan di final China Open 2018. Nah, karena lawannya Kento Momota, sang juara dunia 2018---yang juga akhirnya menjadi juara Denmark Open 2018-- kegagalan Ginting itu bisa "dimaafkan". Namun, beda cerita bila Ginting kali ini kalah dari pemain non unggulan.

Namun, meski kecewa dengan hasil ini, yang perlu ditekankan, Ginting pastinya sudah bermain maksimal. Siapa sih yang ingin kalah? Bahkan, di game ketiga, Ginting yang sempat tertinggal jauh, mampu  come back. Dia bahkan mampu unggul di poin kritis, 20-19. Sayangnya, dia kalah di adu setting poin.

Tetapi memang, menjadi menarik untuk diulik, "ada apa dengan Ginting?" setelah tiga pekan lalu menjadi runner-up turnamen BWF World Tour level Super 1000 (level tertinggi), kini malah langsung tereliminasi. Seharusnya, final China Open itu menjadi penyemangat baginya untuk meraih pencapaian lebih tinggi. Apalagi, sekarang ini masih merupakan periode pengumpulan poin untuk Olimpiade.

Gara-gara salah mengawali game ketiga

Lalu apa penyebab kekalahan Ginting dari pemain Prancis tersebut?

Dalam wawancara dengan badmintonindonedia.org, pebulutangkis kelahiran Cimahi, Jawa Barat ini menyebut Leverdez kali ini bermain lebih rapi dan lebih siap. Karenanya, beberapa pukulan yang sudah dia rancang untuk menyerang Leverdez, ternyata bisa dikembalikan.

"Persaingan di tunggal putra sebenarnya cukup ketat. Head to head dan rangking kadang nggak menjamin pasti menang. Siapa yang benar-benar siap, dia yang bisa menang di lapangan," ujar Ginting

Ucapan Ginting itu memang benar. Di era sekarang, ketika pemain bulutangkis seringkali bertemu dalam jadwal turnamen BWF World Tour yang superpadat, kekalahan bisa terjadi kepada pemain manapun. Termasuk pemain berstatus unggulan. Namun, kekalahan ini memang cukup sulit diterima. Sebab, selama ini, Ginting menang mutlak atas pemain Prancis tersebut.

Ginting mengaku dirinya salah start di game ketiga. Di game penentuan itu, seharusnya dia bisa memegang kendali permainan seperti di game pertama. Namun, yang terjadi, dia malah seperti membiarkan dirinya tertinggal jauh dalam perolehan poin. Leverdez bahkan sempat unggul 11-2.

Tertinggal jauh, Ginting lantas mencoba mengejar. Dia mulai bermain lebih sabar untuk mendapatkan poin demi poin. Dia bahkan berbalik unggul 20-19. satu poin saja dia bisa menang. Namun, Leverdez bisa menyamakan skor jadi 20-20. Adu setting poin pun terjadi.

Nah, poin penyama 20-20 inilah yang mungkin membuat Ginting drop karena menganggap bola keluar tipis tapi dinyatakan masuk. Akhirnya, Leverdez mendapat dua poin beruntun dan memenangi game ketiga 22-20.

"Pas poin kritis, bisa dibilang dia lebih beruntung. Karena tadi pas 20-20 bolanya dia seperti out tipis, tapi akhirnya dinyatakan masuk. Kalau poin kritis kaya gitu kan satu poin sangat berpengaruh. Sayang tadi saya terlalu jauh di awal. Kalau bisa ketat dari awal game ketiga mungkin bisa beda ceritanya," sambung Anthony dikutip dari https://badmintonindonesia.org/app/information/newsDetail.aspx?/8556.

Terlepas dari Leverdez mungkin beruntung, tetapi Ginting juga harus bisa mengambil pelajaran dari kekalahan ini. Bahwa, penting untuk memulai game penentuan dengan cara yang benar. Sebab, dalam bulutangkis dengan sistem reli poin, tertinggal lebih dari 8 poin, sangat berat untuk mengejar Harus bermental tangguh dan bersih dari kesalahan sendiri.

Ginting Out, Jojo dan Tommy melaju

Lalu, bagaimana selanjutnya?

Tereliminasi dini dari Denmark Open 2019 tak perlu diratapi berlebihan oleh Jonatan. Justru, dia harus segera move on. Sebab, pekan depan, mulai Selasa (22/10/2019), turnamen France Open 2019 siap digelar. Ginting dijadwalkan akan menghadapi pemain Malaysia Lee Zii Jia di round 1.

Ginting pastinya bertekad bisa melangkah jauh. Dia tentu tidak ingin mengulang penampilan buruk di French Open 2018 lalu. Kala itu, dia juga langsung kandas di putaran pertama. Ginting yang menjadi unggulan 8, kalah dari pemain non unggulan asal Thailand, Kantaphon Wangcharoen.

Sungguhkah tampil konsisten di lapangan bulutangkis itu sangat sulit sehingga setelah menjadi juara di China Open lantas berturut-turut kandas di babak pertama di dua turnamen Eropa. 

Ginting tidak sendirian tersingkir cepat dari Denmark Open 2019. Ada empat pemain Indonesia yang juga langsung out. Yakni Gregoria Mariska Tunjung yang takluk dari juara dunia 2019 asal India, Pusarla Sindhu.

Serta, dua pasangan ganda campuran Rinov Rivaldy/Pitha Mentari dan Tontowi Ahmad/Winny Oktavina. Rinov/Pitha yang merupakan juara dunia junior 2018, kalah rubber game dari pasangan Tiongkok, Lu kai/Chen Lu. Lalu, Owi/Winny juga kalah rubber game dari ganda Jepang, Takuro Hoki/Wakana Nagahara.

Kabar bagusnya, ada empat wakil Indonesia di hari pertama kemarin, yang lolos ke babak 16 besar. Yakni pasangan ganda campuran, Praveen Jordan/Melati Daeva. Ganda putra unggulan 1, Marcus Gideon/Kevin Sanjaya. Serta, dua tunggal putra, Jonatan Christie dan Tommy Sugiarto.

Nah, setelah Ginting out, kini kita berharap pada Jonatan maupun Tommy di tunggal putra. Semoga saja Ginting bisa segera move on dan semoga Jojo dan Tommy bisa melaju jauh di Denmark Open 2019. Kita juga menunggu kabar, pemain-pemain Indonesia meraih hasil bagus di hari kedua Denmark Open 2019 yang akan dimainkan Rabu (16/10) siang nanti. Salam bulutangkis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun