Sekadar informasi, kekalahan Ginting di babak awal Denmark Open 2019 ini seperti menjadi kejadian yang berulang. Sebuah deja vu. Sebab, tahun lalu, kejadiannya juga seperti itu. Kala itu, Ginting yang datang ke Denmark Open dengan berstatus juara China Open 2019, malah langsung tumbang di babak 32 besar.
Bedanya, tahun lalu, Ginting dikalahkan Momota, lawan yang dia kalahkan di final China Open 2018. Nah, karena lawannya Kento Momota, sang juara dunia 2018---yang juga akhirnya menjadi juara Denmark Open 2018-- kegagalan Ginting itu bisa "dimaafkan". Namun, beda cerita bila Ginting kali ini kalah dari pemain non unggulan.
Namun, meski kecewa dengan hasil ini, yang perlu ditekankan, Ginting pastinya sudah bermain maksimal. Siapa sih yang ingin kalah? Bahkan, di game ketiga, Ginting yang sempat tertinggal jauh, mampu  come back. Dia bahkan mampu unggul di poin kritis, 20-19. Sayangnya, dia kalah di adu setting poin.
Tetapi memang, menjadi menarik untuk diulik, "ada apa dengan Ginting?" setelah tiga pekan lalu menjadi runner-up turnamen BWF World Tour level Super 1000 (level tertinggi), kini malah langsung tereliminasi. Seharusnya, final China Open itu menjadi penyemangat baginya untuk meraih pencapaian lebih tinggi. Apalagi, sekarang ini masih merupakan periode pengumpulan poin untuk Olimpiade.
Gara-gara salah mengawali game ketiga
Lalu apa penyebab kekalahan Ginting dari pemain Prancis tersebut?
Dalam wawancara dengan badmintonindonedia.org, pebulutangkis kelahiran Cimahi, Jawa Barat ini menyebut Leverdez kali ini bermain lebih rapi dan lebih siap. Karenanya, beberapa pukulan yang sudah dia rancang untuk menyerang Leverdez, ternyata bisa dikembalikan.
"Persaingan di tunggal putra sebenarnya cukup ketat. Head to head dan rangking kadang nggak menjamin pasti menang. Siapa yang benar-benar siap, dia yang bisa menang di lapangan," ujar Ginting
Ucapan Ginting itu memang benar. Di era sekarang, ketika pemain bulutangkis seringkali bertemu dalam jadwal turnamen BWF World Tour yang superpadat, kekalahan bisa terjadi kepada pemain manapun. Termasuk pemain berstatus unggulan. Namun, kekalahan ini memang cukup sulit diterima. Sebab, selama ini, Ginting menang mutlak atas pemain Prancis tersebut.
Ginting mengaku dirinya salah start di game ketiga. Di game penentuan itu, seharusnya dia bisa memegang kendali permainan seperti di game pertama. Namun, yang terjadi, dia malah seperti membiarkan dirinya tertinggal jauh dalam perolehan poin. Leverdez bahkan sempat unggul 11-2.
Tertinggal jauh, Ginting lantas mencoba mengejar. Dia mulai bermain lebih sabar untuk mendapatkan poin demi poin. Dia bahkan berbalik unggul 20-19. satu poin saja dia bisa menang. Namun, Leverdez bisa menyamakan skor jadi 20-20. Adu setting poin pun terjadi.