Di menit ke-25, dua full back Liverpool, Trent Alexander-Arnold dan Andy Robertson yang biasanya menjadi pengumpan dari sisi sayap lapangan, kali ini menjelma bak duet striker. Dalam skema serangan rapi, Robertson tiba-tiba sudah berada di depan gawang Salzburg dan mencocor bola sodoran Arnold. Liverpool unggul 2-0.
Sampai di sini, pelatih Liverpool, Juergen Klopp yang sebelumnya terlihat tegang, mulai bisa tersenyum. Klopp bisa mengepalkan tangannya ke udara. Dia bahagia. Apalagi ketika Mohamed Salah mencetak gol ketiga di menit ke-36. Dengan cekatan, dia menyambar bola muntah menyusul tangkapan tak sempurna kiper Salzburg usai menghalau sundulan Firmino.
Unggul tiga gol, dan bahkan bisa bertambah lagi, Liverpool sepertinya mudah saja untuk move on. Salzburg ternyata hanya hebat ketika main di kandangnya. Begitu mungkin pikir fans Liverpool ketika skor 3-0.
Namun, di menit ke-39, publik Anfield dikagetkan gol Hwang Hee-Chan. Anak muda Korea berusia 23 tahun ini berhasil menjebol gawang Liverpool. Yang mengagetkan, Hee-Can bisa memedaya Virgil Van Dijk. Untuk sesaat, bek terbaik Liga Champions musim lalu itu seperti amatiran. Dia hanya bisa melongo bola masuk ke gawang.
Di babak kedua, seperti lirik lagu yang sedang jadi viral itu, entah apa yang merasuki pemain-pemain Salzburg. Hingga, mereka bisa mendominasi permainan. Salzburg beberapa kali mendapatkan peluang.
Di menit ke-56, penyerang Salzburg asal Jepang, Takumi Minamino, membuat gawang Liverpool kembali bergetar. Dan, empat menit kemudian, seisi Anfield dibuat terbengong-bengong ketika anak muda Jepang berusia 24 tahun ini dengan mudah memedaya bek-bek Liverpool. Minamino bergerak licin di sisi kiri pertahanan Liverpool. Lantas, ia menyodorkan bola ke muka gawang Liverpool yang dengan mudah disambar Erling Haland yang tak terkawal, 3-3.
Gol ketiga itu dirayakan pemain-pemain Salzburg bak mereka memenangi final Liga Champions. Pelatih Salzburg asal Amerika Serikat, Jesse Marsch juga berlari menuju kerumunan pemainnya. Dia ikut bereuforia.
Sementara Juergen Klopp hanya bisa menatap kosong pemandangan selebrasi itu. Ia seperti kaget. Ternyata keunggulan tiga gol bisa disamakan Salzburg.
Namun, pemain-pemain Salzburg seperti lupa. Bahwa, pertandingan belum usai. Bahwa, siklus huruf O itu bisa terjadi. Bahwa yang sedih akan bahagia, dan yang bahagia suatu hari akan bertemu sesuatu yang sedih, sebelum kembali bahagia.
Begitulah yang terjadi. Gol penyama skor itu seperti membangunkan pemain-pemain Liverpool dari tidur di 15 menit awal babak kedua. Di menit ke-69, berawal dari pergerakan Fabinho memenangi bola. Firmino menyundul bola ke arah Mo Salah yang lantas diakhiri dengan sepakan placing ke pojok gawang Salzburg. Liverpool kembali unggul 4-3.Â
Gol Salah dan gol ketujuh dalam pertandingan tersebut, ternyata menjadi yang terakhir. Pemain-pemain Liverpool tidak lagi sembrono. Di 20 menit terakhir, mereka bermain fokus dan solid. Â