Bagaimana respons sampean (Anda) begitu tahu Timnas Indonesia takluk 2-3 dari Malaysia di Stadion Gelora Utama Bung Karno pada pertandingan pertama Grup G Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia pada Kamis (5/9) lalu?
Apakah kecewa berat sehingga sampai kini belum bisa move on dari kekalahan menyakitkan tersebut. Lha bagaimana tidak menyakitkan, sudah unggul dua kali tapi bisa disamakan dan Malaysia mencetak gol kemenangan jelang laga berakhir.
Apakah menganggap kekalahan Timnas dari Malaysia cukup wajar mengingat Tim Garuda memang tidak tampil bagus. Utamanya di babak kedua ketika pemain-pemain Timnas terlihat 'kehabisan bensin.
Ataukah menganggap Timnas selalu sial bila bertemu Malaysia. Betapa tidak, Malaysia acapkali bak menjadi mimpi buruk bagi Timnas. Tak hanya di level senior, tetapi juga di level junior. Nyatanya, bulan lalu, Timnas Garuda U-18 yang dieprkuat Amiruddin Baus Kahfi dkk, juga kalah dari Malaysia 3-4 di semifinal Piala AFF U-18
Boleh-boleh saja merasa kesal, sedih, ataupun sekadar biasa saja merespons kekalahan dari Malaysia tersebut. Namun, jangan sekali-kali lebay dalam menyikapi kekalahan tersebut.
Lebay dalam artian, seolah-olah mimpi Timnas Indonesia untuk melakoni perjalanan panjang Kualifikasi Piala Dunia 2022 sudah gagal. Gambaran seperti itu yang saya tangkap dalam beberapa komentar suporter di kolom-kolom komentar akun media sosial yang selama ini rajin mengabarkan informasi Timnas.
Ya, jangan lebay. Sepahit apapun kekalahan dari Malaysia, itu hanyalah awalan. Itu baru pertandingan pertama. Indonesia masih punya peluang untuk bangkit dan menata kembali harapan untuk tampil bagus di Kualifikasi Piala Dunia 2022.
Saya percaya, dalam sepak bola, awalan yang buruk tidak serta merta menjadi gambaran hasil akhir. Sebab, selalu ada kesempatan kedua, ketiga dan seterusnya untuk bangkit. Selama punya kemauan kuat untuk move on dan belajar dari kesalahan, sebuah tim bisa memperbaiki awalan yang salah.
Coba tengok bagaimana kiprah Timnas Spanyol ketika meraih gelar juara Piala Dunia 2010 silam. Kala itu, Spanyol juga mengawali perjalanan di Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan dengan hasil buruk. Waktu itu, Spanyol yang berada di Grup H, kalah 0-1 dari Swiss di pertandingan pertama.
Yang terjadi kemudian, mereka meraih kemenangan beruntun atas Honduras dan Chile untuk lolos ke babak knockout. Ibarat mesin yang bertambah panas, Spanyol lantas meraih kemenangan beruntun atas Portugal, Paraguay, dan Jerman. Lantas, menjadi juara setelah mengalahkan Belanda 1-0 di final lewa perpanjangan waktu.
Tentu saja, levelnya masih terlalu jauh bila membandingkan Timnas Indonesia dengan Spanyol. Namun, cerita sukses Spanyol di Piala Dunia 2010 itu bisa menjadi contoh. Bahwa, kekalahan di pertandingan pertama belum membuat sebuah tim tamat. Hanya mereka yang pesimistis yang sudah berpikir tamat.
Malam nanti menghadapi Thailand
Karenanya, Timnas Indonesia masih punya peluang untuk bangkit. Caranya tentu saja dengan tampil lebih bagus saat menghadapi Timnas Thailand di Stadion Gelora Bung Karno, Selasa (10/9) malam.
Apalagi, Thailand di laga pertama hanya bermain imbang 0-0 dengan Vietnam. Artinya, Indonesia sejatinya belum terlalu tertinggal dalam perolehan poin di klasemen Grup G. Andai bisa mengalahkan Thailand, Indonesia masih punya harapan untuk memperbaiki peluang di kualifikasi ini.
Bagaimana peluang Indonesia melawan Thailand?
Â
Tentu saja, Thailand bukan lawan mudah. Malah, ada yang menyebut, Thailand lebih kuat dari Malaysia. Namun, itu baru hitung-hitungan di atas kertas. Hasil ditentukan di lapangan. Tidak ada yang tidak mungkin bila Timnas mampu bermain lebih bagus.
Saya tertarik dengan komentar pelatih Indonesia, Simon McMenemy ketika menjawab pertanyaan wartawan jelang laga melawan Thailand. Simon menyebut berharap bisa mengulangi penampilan seperti pada babak pertama saat melawan Malaysia. Dia juga mewanti-wanti anak asuhnya untuk lebih pintar, lebih waspada, dan lebih hemat soal stamina.
"Semua pemain sangat siap, secara mental sangat siap. Pemain saya adalah petarung, pejuang yang sangat siap," ucapnya.
"Mungkin akan ada orang yang meragukan mereka, tapi pemain ingin memberi pembuktian. Mereka siap berlari sampai mereka tidak bisa lagi berlari," ujar Simon seperti dikutip dari Bolasport.
Sebuah komentar yang bagus sebagai pelecut motivasi. Kini, kita tinggal menunggu bukti. Bahwa, tim Garuda memang petarung dan pejuang yang siap berlari sampai mereka tidak lagi bisa berlari demi lambang Garuda di dada.
Kembali kepada pertanyaan di awal tulisa ini, saya tidak mau lebay merespons kekalahan dari Malaysia. Namun, melihat penampilan Evan Dimas dan kawan-kawan di babak kedua, jujur saya khawatir. Betapa tidak, pemain kita seperti 'kehabisan batere' sehingga pemain-pemain Malaysia leluasa menguasai permainan dan menciptakan banyak peluang.
Seusai laga, Simon lantas menyebut pemain-pemainnya kelelahan sebagai imbas dari jadwal padat di Liga 1. Apapun itu, itu sudah menjadi cerita lalu.
Kini, kita tentu tidak ingin sekali lagi melihat pemandangan 'mengerikan' seperti di babak kedua melawan Malaysia. Kita tentu berharap, Simon dan anak asuhnya telah mengambil pelajaran dari kekalahan itu. Sehingga, mereka bisa tampil lebih bagus melawan Thailand.
Tentu saja, melawan Thailand akan selalu menjadi laga sulit. Namun, sebagai suporter, saya berharap Timnas bisa mengalahkan Thailand dan kembali menatap kualifikasi dengan energi positif, bukan menyerah di awal. Salam. Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI