Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Pusarla Sindhu, Ratu Runner-Up, dan Pelajaran Bangkit dari Kegagalan

27 Agustus 2019   16:41 Diperbarui: 27 Agustus 2019   16:55 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk urusan menghibur lawan yang kalah, Sindhu bukan lagi bersimpati. Namun, dia sudah pada level berempati. Sebab, sebelumnya, dia berkali-kali merasakan ada di posisi seperti yang dialami Okuhara.

Ya, tidak ada tunggal putri di dunia yang kini masih aktif bermain, yang pernah merasakan pahitnya kekalahan di final seperti dialami Sindhu. Memang, dia juga sering juara. Namun, di kejuaraan penting, Sindhu bak mengalami 'kutukan'. Dia sering tampil di final hanya untuk melihat lawannya menerima medali/piala juara.

Bayangkan, sepanjang kariernya di bulutangkis profesional, dia sudah 16 kali kalah di final. Termasuk dua kekalahan di final kejuaraan dunia. Dan yang paling menyesakkan, kalah di final Olimpiade 2016.

Bagi seorang atlet, rasanya tidak ada yang lebih pahit selain merasakan kekalahan di final. Apalagi bila kejadiannya berulang-ulang. Saking seringnya kalah di final, oleh penggemar bulutangkis, Sindhu bahkan dijuluki "Ratu runner-up".

Karenanya, bagi Sindhu, gelar juara dunia di Swiss tersebut bak hujan yang turun setelah kemarau sangat panjang. Dia akhirnya bisa menjadi juara di kejuaraan penting setelah serangkaian kekalahan pedih.

Lucunya, ketika diwawancara wartawan usai naik podium, pebulutangkis yang akrab disapa Malika oleh penggemarnya ini seperti lupa bila dirinya kini juara dunia. Mungkin karena saking gembiranya. "Finally, I have become a National champion!," ujarnya dikutip dari timesofindia.

Dia lalu buru-buru meralatnya. "Sorry, sorry, World Champion!," ujarnya sembari tertawa.

Sangat wajar bila Sindhu larut dalam euforia kemenangan. Gelar juara dunia itu memang sudah lama diimpikannya. Enam tahun lalu, ketika usianya masih 18 tahun, Sindhu yang tampil pertama kali di Kejuaraan Dunia, hanya mampu meraih medali perunggu. Toh, itu sudah membuatnya mengukir sejarah sebagai pemain tunggal putri pertama India yang meraih medali di Kejuaraan Dunia.

Setahun kemudian, di Kejuaraan Dunia 2014, dia lagi-lagi terhenti di semifinal dan meraih perunggu. Toh, lagi-lagi itu sejarah. Dia back to back memenangi medali.

Sempat 'menghilang' dari podium selama tiga tahun, di tahun 2017, di Skotlandia, Sindhu mampu tampil di final untuk kali pertama. Namun, dia hanya meraih medali perak usai dikalahkan Okuhara lewat rubber game menyakitkan, 19-21, 22-20, 20-22.

Setahun kemudian, di Nanjing, Tiongkok, dia kembali berpeluang jadi juara dunia 2018 setelah kembali tampil di final. Tapi, mimpinya menjadi juara dunia kandas setelah dirinya dikalahkan tunggal putri Spanyol, Carolina Marin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun