Keduanya berhasil mempertahankan gelar. Jepang juga meraih tiga medali perak di nomor tunggal putri, ganda putra, dan ganda putri. Plus, satu medali perunggu di ganda campuran.
Adapun Tiongkok meraih satu medali emas atas nama Zheng Siwei/Huang Yaqiong di sektor ganda campuran. Serta, empat medali perunggu di nomor tunggal putri, ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran.
Skor-skor Sadis di Final Kejuaraan Dunia
Terlepas dari keberhasilan Hendra/Ahsan menjadi juara dunia dan juga tampilnya Jepang sebagai 'juara umum', laga puncak Kejuaraan Dunia 2019 tadi malam berlangsung penuh kejutan.
Kejutan yang dimaksud adalah munculnya skor-skor sadis di tiga sektor. Disebut sadis karena pemain yang tampil sebagai juara, menang dengan margin skor sangat jauh.Â
Jarang terjadi, laga final kejuaraan dunia yang seharusnya menyajikan pertandingan berimbang dengan skor ketat, malah memunculkan skor mencolok.
Di tunggal putra, Kento Momota berhasil mempertahankan gelarnya setelah mengalahkan pemain Denmark, Anders Antonsen dengan skor 21-9, 21-3.Â
Bahkan, di game kedua, Momota unggul 11-1 di interval pertama. Padahal, akhir Januari lalu, Momota kalah dari Antonsen di final Indoesia Master 2019 lewat rubber game.
Namun, hasil ini memperlihatkan bahwa Momota memang tampil ganas di Basel. Sejak putaran pertama, dia selalu menang straight game. Termasuk kemenangan 21-13, 21-8 atas pemain India, Sai Praneeth di semifinal.Â
Pemain India inilah yang mengeliminasi dua tunggal putra andalan Indonesia, Jonatan Christie di perempat final dan Anthony Ginting di putaran ketiga. Namun, menghadapi Momota, dia justru tak berkutik. Â
Skor sadis juga terjadi di final tunggal putri. Awalnya, penggemar bulutangkis mengira final tunggal putri antara Pusarla Sindhu (India) dan Nozomi Okuhara akan menyajikan pertandingan ketat.Â