"Jadi, bila ingin menjadi pemenang, terkadang kita harus berani nekad Kak. Tapi juara dua itu sudah keren kok Kak. Kakak juga jadi bisa tahu mengapa gagal juara 1. Nah, tahun depan kalau ikut lomba balap kelereng lagi, diingat-ingat ini agar bisa menang," sambung saya membesarkan hatinya, lantas memeluk dan menyuruhnya mandi.Â
Kekalahan bukanlah aib, kita hanya perlu tahu fungsinya
Ya, sejatinya sebuah kekalahan itu bukanlah aib. Ia juga bukan petaka yang perlu diratapi. Ia hanya perlu disikapi dengan benar. Sebab, bila mampu menyikapi kekalahan dengan benar, kita bisa tahu bahwa kalah itu punya fungsi untuk mengingatkan kita.Â
Mengingatkan tentang hal yang masih perlu kita perbaiki.Â
Tak hanya kekalahan dalam perlombaan, "kegagalan" dalam persaingan menjadi yang terbaik di kelas, juga perlu kita sikapi dengan benar. Saya sengaja membubuhkan tanda kutip pada kata kegagalan karena sejatinya tidak ada gagal dalam proses belajar di kelas.Â
Perihal nilai rapor di kelas, kebanyakan para orangtua akan senang bila anaknya mendapat nilai bagus dan mendapat ranking bagus. Sementara bila anaknya nilainya biasa dan tidak mendapat ranking bagus, mereka menganggap anaknya telah gagal. Malah ada tega yang menyebut anaknya tidak pandai.
Padahal, kita hanya perlu memahami bahwa tidak setiap anak punya kemampuan akademis bagus. Jamak terjadi, anak yang kurang unggul di bidang akademis, ternyata lebih unggul dari anak-anak lainnya di bidang non akademis seperti seni, olahraga ataupun musik.
Itulah fungsi lain dari "kekalahan" yang dialami anak dalam kehidupan mereka. Kalah tak hanya mengingatkan perihal hal yang masih harus diperbaiki, tetapi kekalahan anak-anak di satu bidang, sebenarnya menuntun kita--para orang tua--agar mau mencari tahu potensi terbaik dari si anak di bidang lainnya. Sebab, anak-anak akan selalu menjadi pemenang di bidang yang mereka suka.
Dan, berkorelasi dengan Agustus sebagai bulan kemerdekaan, bila kita mampu mengenalkan fungsi menang dan juga fungsi kalah kepada anak-anak sejak dini, ada harapan kelak mereka akan tumbuh menjadi generasi unggul.Â
Generasi yang tidak silau karena kemenangan lantas menjadi lupa diri dan sombong. Juga tidak mudah depresi ketika mengalami kekalahan.
Dengan memahami fungsi menang dan kalah, ada harapan anak-anak akan tumbuh menjadi generasi yang senantiasa bersungguh-sungguh berusaha untuk meraih hasil terbaik. Bila menang, mereka akan bersikap membumi.Â
Dan bilapun hasilnya ternyata berbeda dari yang diharapkan, mereka bisa mengambil pelajaran untuk memperbaiki diri. Sikap seperti inilah yang bisa menjadi keunggulan orang Indonesia.Â