Sebab, turnamen internasional yang diikuti, tentunya bukan lagi  'latihan'. Tetapi merupakan kesempatan emas untuk mengeluarkan hasil latihan selama di Pelatnas. Jadi, ada semangat besar untuk membuktikan kemampuan demi membuat bangga bangsa.
Toh, lawan-lawan yang mereka hadapi di turnamen level Super 100 sejatinya juga selevel. Skill dan kualitas permainannya tidak terlalu beda jauh. Termasuk juga Yeo Jia Min itu. Bergantung siapa yang paling siap. Sebab, tidak ada ceritanya, pemain top 10 dunia akan tampil di turnamen Super 100.
Karenanya, tersingkirnya Choirunnisa di putaran pertama Hyderabad Open, sementara Yeo Jia Min menjadi juara, bisa menjadi alasan untuk membuat kita cemburu pada keberhasilan Singapura mengorbitkan tunggal putri mereka.
Bahkan, kalau mau cemburu lagi dalam urusan prospek pebulutangkis putri di masa depan, kita boleh memuji keberhasilan Korea Selatan memiliki tunggal putri berbakat bernama An Se-Young. Anak muda yang baru berusia 17 tahun ini merupakan lawan yang dikalahkan Yeo Jia Min di final Hyderabad Open. Dia menjadi unggulan 2.
Tahun ini, An Se Young membuat kejutan dashyat dengan sudah menjadi juara di dua turnamen BWF World Tour. Bahkan, ketika menjadi juara di New Zealand Open Super 300 pada 5 Mei lalu, dia mengalahkan peraih medali emas Olimpiade 2012 asal Tiongkok, Li Xuerui di final.Â
An Se-young juga jadi juara di Canada Open Super 100 pada 7 Juli lalu. Dia bahkan pernah mengalahkan ratu bulutangkis dunia, Ta Tzu-ying di Kejuaraan beregu, Piala Sudirman 2019. Hmmm.
Tentu saja, memuji pencapaian pemain dari negara lain, tidak lantas mengecilkan kemampuan pemain kita sendiri. Toh, kita sebenarnya punya potensi di tunggal putri. Hanya perlu beberapa polesan semisal peningkatan stamina dan foot work, juga konsistensi. Ibaratnya, sebagai orang tua, tidak ada salahnya memuji anak orang selama terus memotivasi dan tidak menjelek-jelekkan anak sendiri.
Begitu juga munculnya cemburu melihat negara lain memiliki prospek bagus di tunggal putri, tidak lebih sebagai pelecut agar kita tidak tertinggal di sektor ini di masa-masa mendatang. Apalagi, selama ini, tunggal putri kita memang kesulitan meraih gelar di turnamen internasional.
Fitriani memang berhasil juara d Thailand Masters pada awal Januari lalu. Namun, hingga kini, pemain asal Garut itu belum mampu mengulang pencapaian bagusnya. Bahkan, gelar itu jadi satu-satunya capaian tunggal putri kita di turnamen BWF World Tour hingga bulan Agustus ini.
Mencari 'Penebusan' Kegagalan di Akita Masters 2019
Ya, semoga tunggal putri kita semakin terlecut untuk menggapai prestasi di turnamen internasional. Kabar bagusnya, setelah kegagalan di Hyderabad Open, tunggal putri kita bisa mencari 'penebusan' di turnamen Akita Masters 2019.