Terlebih, untuk Iduladha kali ini, di beberapa pemerintah daerah mencuat ajakan tidak menggunakan kresek plastik sekal pakai untuk pembagian daging kurban. Petugas pembagian daging kurban diimbau untuk menggunakan wadah yang terbuat dari anyaman bambu, yakni besek. Â
Â
Tentu saja, imbauan itu bagus. Dengan menggunakan besek, materialnya ramah lingkungan dibandingkan kresek plastik yang tidak bisa terurai tanah. Selain juga dampak penguatan sektor ekonomi. Namun, yang juga tidak kalah bagus adalah agar imbauan itu disampaikan dengan kata yang tepat.
Sebenarnya, ada banyak orang yang memahami mana kata yang benar antara "imbau" atau "himbau". Namun, di beberapa tempat, saya acapkali masih menemukan spanduk kampanye/ajakan berbuat baik tetapi masih menggunakan kata "himbauan". Bila ajakannya sudah baik, seharusnya kata yang ditulis juga benar.
Sebenarnya, buat apa sih sekadar untuk urusan penulisan kata saja harus ribet sesuai 'aturan' KBBI. Toh, bentuk kata-katanya hampir sama semisal kurban ataupun qurban, imbau atau himbau. Tidak jauh beda. Toh, yang penting orang lain paham apa yang kita sampaikan atau kita tuliskan.
Benar. Memang, orang lain bisa paham dengan apa yang kita maksud, terlepas kata yang kita tulis/ucapkan itu sudah sesuai atau belum dengan anjuran KBBI. Namun, bila kita tahu mana yang benar, mengapa kita tidak membiasakan memakai yang benar.
Terlebih bila sampean seorang penulis. Bukankah seharusnya, kita patuh dengan 'aturan menulis' yang ada. Sebab, bila bukan sampean yang paham aturan yang menyampaikan kebenaran melalui tulisan, lalu siapa lagi yang akan mengenalkan bagian kebenaran dari Bahasa Indonesia ini. Salam literasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H