Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Iduladha dan Kesempatan Mengenalkan "Secuil Kebenaran" Pedoman KBBI

12 Agustus 2019   16:31 Diperbarui: 12 Agustus 2019   16:49 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Iduladha menjadi kesempatan untuk menyampaikan kata yang benar sesuai KBBI/Foto: Liputan6.com

Terlebih, untuk Iduladha kali ini, di beberapa pemerintah daerah mencuat ajakan tidak menggunakan kresek plastik sekal pakai untuk pembagian daging kurban. Petugas pembagian daging kurban diimbau untuk menggunakan wadah yang terbuat dari anyaman bambu, yakni besek.  
 
Tentu saja, imbauan itu bagus. Dengan menggunakan besek, materialnya ramah lingkungan dibandingkan kresek plastik yang tidak bisa terurai tanah. Selain juga dampak penguatan sektor ekonomi. Namun, yang juga tidak kalah bagus adalah agar imbauan itu disampaikan dengan kata yang tepat.

Sebenarnya, ada banyak orang yang memahami mana kata yang benar antara "imbau" atau "himbau". Namun, di beberapa tempat, saya acapkali masih menemukan spanduk kampanye/ajakan berbuat baik tetapi masih menggunakan kata "himbauan". Bila ajakannya sudah baik, seharusnya kata yang ditulis juga benar.

Sebenarnya, buat apa sih sekadar untuk urusan penulisan kata saja harus ribet sesuai 'aturan' KBBI. Toh, bentuk kata-katanya hampir sama semisal kurban ataupun qurban, imbau atau himbau. Tidak jauh beda. Toh, yang penting orang lain paham apa yang kita sampaikan atau kita tuliskan.

Benar. Memang, orang lain bisa paham dengan apa yang kita maksud, terlepas kata yang kita tulis/ucapkan itu sudah sesuai atau belum dengan anjuran KBBI. Namun, bila kita tahu mana yang benar, mengapa kita tidak membiasakan memakai yang benar.

Terlebih bila sampean seorang penulis. Bukankah seharusnya, kita patuh dengan 'aturan menulis' yang ada. Sebab, bila bukan sampean yang paham aturan yang menyampaikan kebenaran melalui tulisan, lalu siapa lagi yang akan mengenalkan bagian kebenaran dari Bahasa Indonesia ini. Salam literasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun