Bila kita melakukan penelusuran ke laman kbbi.web.id, maka kata yang ditemukan adalah "kurban" yang bermakna persembahan kepada Allah (seperti biri-biri, sapi, unta yang disembelih pada hari Lebaran Haji).
Kata dasar kurban ini meluas menjadi "berkurban" yang bermakna mempersembahkan kurban, serta "mengurbankan" yang artinya mempersembahkan sesuatu sebagai kurban.
Sementara bila kita menulis kata "korban", dimaknai sebagai "orang, binatang, dan sebagainya yang menderita (mati dan sebagainya) akibat suatu kejadian, perbuatan jahat, dan sebagainya. Contoh kalimatnya: Sepuluh orang korban tabrakan itu dirawat di rumah sakit.
Menurut penjelasan dari Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan Kementerian Pendidikan Kebudayaan di laman badanbahasa.kemdikbud.do.id,
kata kurban dan korban sebenarnya berasal dari kata yang sama dari bahasa Arab, yaitu qurban.
Dalam perkembangannya, qurban diserap ke dalam Bahasa Indonesia dengan penyesuaian ejaan dan dengan perkembangan makna. Adapun pengertiannya seperti yang dijelaskan di laman kbbi.web.id (di paragraf sebelumnya).
Nah, berdasarkan uraian di laman badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/petunjuk_praktis/561 tersebut, dalam konteks Idul Adha, maka penulisan kata yang tepat adalah "kurban". Adapun contoh kalimatnya: "Daging kurban itu akan dibagikan kepada yang berhak menerima". "Daging kurban bisa diolah menjadi aneka masakan menggugah selera".
Â
Ternyata yang benar "satai" bukan 'sate'
Kata lainnya yang juga cukup sering diucapkan ataupun dituliskan ketika momen Hari Raya Iduladha adalah 'sate'. Ya, sampean pastinya mengucapkan kata ini dalam beberapa hari terakhir.
Maklum, daging yang diiris kecil-kecil kemudian ditusuk lantas dibakar ini menjadi olahan favorit daging kurban bagi banyak orang. Padahal, di luar Idul Adha pun, kita bisa dengan mudah menikmatinya. Lha wong banyak penjual yang berjualan di dekat rumah atau bahkan kebetulan lewat di depan rumah. Namun, konon, bila membuat dan membakarnya sendiri, rasanya lebih memuaskan.
Ya, banyak orang membakar irisan daging yang (sekali lagi) disebut sate itu. Namun, belum banyak yang tahu bila penulisan sate itu ternyata juga kurang tepat.
Bila kita menuliskan kata "sate" di kolom pencarian di laman kbbi.web.id, tidak ada definisi yang muncul selain kata "satai'. Namun, bila kita menuliskan kata 'satai', maka muncul makna : irisan daging (ayam atau kambing) kecil-kecil yang ditusuk dan dipanggang, diberi bumbu kacang atau kecap. Lalu ada kata menyatai yang maknanya membuat satai.
Jadi, dari penjelasan laman KBBI tersebut, kata yang tepat adalah satai, bukan sate. Meski, dalam keseharian, banyak dari kita yang terlanjur mengucapkan 'sate' bila merujuk irisan daging yang dibakar dan dibumbui kacang atau kecap itu.
Kalau yang ini sudah banyak yang paham: imbauan, bukan himbauan
Satu lagi kata yang juga cukup sering dituliskan dan diucapkan selama momen Hari Raya Iduladha adalah kata "himbauan" dan "imbauan" juga "imbau dan "himbau".