Apalagi, Intanon selama ini bak seperti menjadi hantu menakutkan bagi Gregoria. Dalam empat kali pertemuan sebelumnya, Gregoria selalu kalah. Pertemuan terakhir terjadi di Malaysia Open 2019 pada awal April lalu. Gregoria takluk 12-2, 16-21.
Â
Namun, semua "keterbatasan" itu toh tidak membuat Gregoria kalah sebelum berperang. Justru, Jorji--panggilan Gregoria, tampil luar biasa saat menghadapi Intanon di Istora siang tadi. Sebelum kalah rubber agme, dia sejatinya berpeluang menang straight game.
Ya, Gregoria mengawali pertandingan dengan sempurna. Dia mampu mengungguli Intanon di game pertama dengan skor 21-13. Jorji yang seringkali dituding netizen sering "mager" di lapangan, kali ini bermain lincah. Footwork-nya keren. Pertahanannya juga kokoh bak tipikal pemain-pemain Jepang.
Saya yang mengikuti pertandingan ini dari layar laptop melalui live streaming, sempat membayangkan bahwa dia bakal menang straight game seperti saat mengalahkan Chochuwong.
Apalagi, di game kedua, Gregoria sempat beberapa kali unggul dalam perolehan poin. Sayangnya, ketika memasuki poin-poin kritis, juara dunia junior 2017 ini masih kurang tenang. Intanon pun berhasil menang 21-19. Pertandingan pun berlanjut ke game ketiga.
Harus melakoni rubber game meski seharusnya bisa menang dua game langsung, tentunya berat bagi Gregoria. Toh, dia tetap mampu tampil bagus. Setidak di awal gama ketiga. Gregoria mampu menjaga keunggulan dua poin dari Intanon di angka 11-9, 12-10, 14-12. Namun, memasuki poin 15, terlihat jelas staminanya mulai terkuras.
Kondisi itu dimanfaatkan oleh Intanon. Ketika skor sama 15-12, pemain yang pernah sekali juara Indonesia Open di tahun 2015 ini lantas mendapatkan enam poin beruntun. Sementara Gregoria tak mampu menambah poin. Laga seru selama 65 menit itupun berakhir 21-15 untuk kemenangan Intanon.
Kemajuan dalam permainan Gregoria
Tentu saja, namanya kekalahan akan selalu menyakitkan. Terlebih bila sebelumnya sempat memiliki peluang menang. Apalagi, kekalahan Gregoria membuat tunggal putri Indonesia sudah habis di Indonesia Open 2019. Paceklik gelar tunggal putri di Indonesia Open sejak tahun 2001 juga semakin bertambah panjang.
Dengan semua fakta pahit tersebut, suporter seperti kita mungkin akan dengan mudah menyebut prestasi tunggal putri kita memang begitu-begitu saja. Bahwa tunggal putri kita masih kesulitan bersaing dengan pemain-pemain top dunia. Apalagi meraih gelar.
Namun, terlepas dari semua fakta pahit tersebut, perjuangan Gregoria bak sebuah blessing in disguise. Ya, masih ada secuil kabar bagus di tengah kabar habisnya tunggal putri kita di babak awal Indonesia Open 2019.
Apa yang ditampilkan Gregoria saat melawan Ratchanok Intanon yang merupakan satu dari enam tunggal putri terbaik dunia saat ini, memberikan harapan bahwa tunggal putri kita sejatinya tidak buruk-buruk amat.