Tengah tahun 2019 menjadi "pesta sepak bola antar negara" di tiga benua. Tiga federasi sepak bola dunia, secara hampir berbarengan, menggelar turnamen antarnegara di benua/wilayah federasi mereka.
Ada Copa America 2019 yang menjadi "pesta sepak bolanya" negara-negara di Amerika Latin dan merupakan turnamen antara negara tertua di dunia (mulai digelar 1916). Lalu ada Concacaf Gold Cup 2019 atau yang lebih dikenal dengan sebutan Piala Emas yang merupakan turnamen negara-negara Amerika Utara dan Karibian, termasuk Amerika Serikat. Serta Africa Cup Nation 2019 alias Piala Afrika yang digelar di Mesir.
Kita tahu, Copa America 2019 yang digelar pada 14 Juni-7 Juli lalu di Brasil, menghasilkan Brasil sebagai juara usai mengalahkan Peru 3-1 di final. Sementara Gold Cup 2019 yang digelar di Amerika Serikat, Kosta Rika dan Jamaika dan berlangsung 15 Juni- 7 Juli lalu, menempatkan Meksiko sebagai juara usai mengalahkan tuan rumah Amerika Serikat 1-0 di final.Â
Bagaimana dengan Piala Afrika 2019?
Piala Afrika 2019 yang digelar di Mesir mulai 21 Juni lalu, kini telah memasuki babak semifinal. Setelah melewati serangkaian drama di lapangan dari fase grup hingga babak knock out, empat negara yakni Senegal, Tunisia, Aljazair dan Nigeria lolos sebagai tim semifinalis.
Laga perebutan dua tiket ke final akan digelar pada Minggu (14/7) sore dan malam waktu Mesir. Senegal menghadapi Tunisia dan Aljazair akan menghadapi Nigeria.
Pertanyaannya, mengapa pesona Piala Afrika 2019 seolah redup dan tenggelam di bawah bayang-bayang Copa America 2019? Terutama di Indonesia. Faktanya, kita lebih tertarik dan lebih banyak mengakses informasi perihal Copa America 2019 ketimbang Piala Afrika 2019.
Ambil contoh, kita lebih tahu perihal Argentina yang akhirnya membawa pulang "hadiah hiburan" setelah memenangi pertandingan perebutan tempat ketiga usai menang 2-1 atas Chile pada 5 Juli lalu. Bahkan, meski tidak ditayangkan langsung, kita paham bahwa mega bintang Argentina, Lionel Messi dikartumerah di laga itu.
Sementara di waktu hampir bersamaan, Mohamed Salah yang tampil bagus di fase grup, ternyata gagal membawa Mesir lolos ke babak perempat final usai kalah 0-1 dari Afrika Selatan di babak 16 besar. Gol kemenangan Afsel tercipta di lima menit jelang berakhirnya laga. Mesir yang merupakan negara pengoleksi gelar terbanyak Piala Afika pun terhenti.
Juga, juara bertahan Kamerun yang tersingkir di babak 16 besar. Kamerun yang dilatih mantan gelandang top Timnas Belanda, Clarence Seedorf, terhenti setelah dikalahkan Nigeria lewat laga hujan gol yang berakhir 2-3.Â
Lalu, di saat bersamaan lainnya (hanya berselisih satu hari), berita Brasil menjadi juara Copa America 2019 jelas lebih menarik ketimbang kabar dari perempat final Piala Afrika yang sejatinya juga menarik. Salah satunya kemenangan dramatis Aljazair atas Pantai Gading lewat drama adu penalti 4-3.
Juga Tunisia yang akhirnya menuntaskan kejutan hebat tim pendatang baru, Madagascar dengan skor 3-0. Sebelumnya, Madagascar---negara yang mungkin sebelumnya kita mengenal mereka dari film animasi dengan judul sama---membuat kejutan hebat di fase grup dengan memuncaki klasemen.Â
Madagascar yang baru kali pertama tampil di Piala Afrika, bahkan mampu mengalahkan negara tiga kali juara Afrika, Nigeria 2-0 dan memuncaki klasemen. Lantas menang adu penalti 4-2 (2-2) di babak 16 besar atas Kongo.
Lalu, mengapa semua pesona Piala Afrika 2019 malah tenggelam oleh pemberitaan Copa America 2019? Bahkan, ketika Copa America 2019 sudah usai, tetap saja gaung Piala Afrika tidak terlalu terdengar atau malah kurang menarik.Â
Padahal, bila melihat nama-nama yang bermain di dua turnamen tersebut, sejatinya tidak kalah tenar. Bila Copa America punya Lionel Messi, Sergio Aguero, Philippe Coutinho, Roberto Firmino dan Alisson Becker ataupun Luis Suarez dan James Rodriguez, maka Piala Afrika punya Mohamed Salah (Mesir), Sadio Mane (Senegal), Riyad Mahrez (Aljazair), Alex Iwobi (Nigeria) dan Wilfried Zaha (Pantai Gading).
Bukankah mereka sama-sama top? Sampean (Anda) yang rajin mengikuti Liga Inggris, pastinya hafal dengan nama-nama pemain-pemain yang tampil di Piala Afrika tersebut. Bukan hanya Salah dan Mane yang memang terkenal dan menjadi "duta kampanye" Piala Afrika 2019.Â
Jawabannya karena memang ketika turnamen antarnegara, yang dilihat adalah nama besar negaranya. Dalam hal ini, pesona Brasil, Argentina maupun Uruguay atau Chile di Copa Amerika, jelas lebih menarik ketimbang Mesir, Kamerun, Nigeria ataupun Senegal di Piala Afrika.
Khusus pemain dari Afrika, rasanya tidak banyak orang yang tahu pemain bintang A atau B berasal dari negara mana. Ada banyak orang yang lebih paham mereka bermain di klub apa ketimbang negara asalnya.
Apalagi, dalam beberapa tahun terakhir, pamor negara Afrika memang tidak se-dashyat dulu. Faktanya, penampilan negara-negara Afrika di Piala Dunia tidak terlalu istimewa bila dibandingkan beberapa tahun lalu.
Satu lagi, karena memang tidak ada tayangan langsung oleh stasiun televisi lokal yang menayangkan Piala Afrika 2019. Bukankah Copa America 2019 juga tidak ditayangkan langsung? Benar. Tetapi akhirnya laga final antara Brasil dan Peru disiarkan langsung oleh salah satu stasiun televisi lokal kita.
Toh, terlepas dari fakta sepinya gaung Piala Afrika 2019 di sini, saya penasaran siapa tim yang akan menjadi juaranya nanti. Karenanya, saya akan menunggu kabar hasil semifinal besok.
Dari empat kontestan semifinal, saya berharap Senegal bisa membuat kejutan dengan menjadi juara untuk kali pertama. Ya, sebagai pendukung Liverpool, tentunya akan menyenangkan bila melihat Sadio Mane berhasil membawa negaranya juara seperti halnya Firmino dan Alisson di Copa America 2019. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H