Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Argentina yang Merana 26 Tahun di Benuanya Sendiri

4 Juli 2019   07:08 Diperbarui: 4 Juli 2019   07:10 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, dengan Copa America digelar tahun depan (2020) dengan Argentina jadi tuan rumah bersama Kolombia, petualangan Messi di turnamen antar negara tertua di dunia ini belum usai.

Sebenarnya, apa masalah Argentina sehingga acapkali 'sial' di turnamen besar?

Merujuk pada kekalahan dari Brasil itu, kalau seperti ini, rasanya sampai kapanpun Argentina tidak akan bisa juara di benuanya. Kata "seperti ini" yang saya maksud adalah ketidakmampuan Argentina untuk tampil superior di laga krusial. Argentina justru acapkali terpuruk di laga penting yang seharusnya mereka tampil on fire.

Tengok data-data ini. Sebelum melawan Brasil di semifinal kemarin, Argentina berbekal kemenangan clean sheet beruntun (2-0) atas Qatar di laga penentuan fase grup dan atas Venezuela di perempatfnal. Namun, pertahanan mereka justru bak tim amatiran saat melawan Brasil.

Di final Copa America tahun 2016 lalu, Argentina diunggulkan juara. Messi dan kawan-kawan tampil hebat di perempat final dengan mengalahkan Venezuela 4-1 dan menghajar Amerika Serikat 4-0 di semifinal. Yang terjadi, mereka tidak bisa mencetak gol di final. Begitu juga di final 2015, Argentina melenggang ke final lewat kemenangan dashyat, 6-1 atas Paraguay. Namun, kemenangan itu seperti tak membekas di final saat melawan Chile.

Begitu juga di Copa America 2011. Argentina melaju ke babak knock out dengan kemenangan meyakinkan, 3-0 atas Kostarika lewat penampilan apik trio Messi, Sergio Aguero dan Angel Di Maria. Di perempat final, Argentina malah loyo saat melawan Uruguay dan kalah adu penalti.

Dan yang paling tragis adalah di Copa America 2007 yang menjadi debut Messi. Argentina melaju ke final setelah menang telak 3-0 atas Meksiko yang tengah tampil ganas diantaranya mengalahkan Brasil di fase grup. Sementara Brasil ke final "hanya" menang adu penalti atas Uruguay. Yang terjadi di final? Gawang Argentina jebol tiga kali dan tidak mampu membalas.

Saya tidak tahu apa yang salah dengan Timnas Argentina sehingga mereka seringkali tampil buruk di pertandingan yang seharusnya mereka tampil sempurna. Apakah pemain-pemainnya kurang bisa menjiwai ketika berkostum Timnas seperti halnya pemain-pemain Italia yang ketika menyanyikan lagu kebangsaannya saja, semangatnya sudah luar biasa? Entahlah.

Yang jelas, bila sudah seperti itu, Argentina sepertinya tidak akan lagi bisa juara di benuanya. Lha bagaimana mau juara bila hanya tampil bagus di fase grup tetapi melempem di semifinal.

Andai terus-terusan gagal di Copa America, Argentina akan melewati "rekor" Timnas Indonesia yang juga merindu gelar di 'wilayahnya' sendiri. Kita tahu, Timnas Indonesia senior tidak mampu meraih trofi bergengsi di sepak bola sejak menjuarai ajang sepak bola SEA Games tahun 1991 silam.

Bila seperti itu, sebagai fans, lama-lama suporter Argentina yang frustrasi mungkin akan berteriak "bermain pragmatis saja daripada mencoba bermain indah, tapi merana dan selalu gagal juara". Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun