Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Kaset Pita, Bagaimana Kabarmu Kini?

30 Juni 2019   09:00 Diperbarui: 30 Juni 2019   11:57 927
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kaset pita yang kini terlupakan/Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/kye/15

Namun, saya juga sadar, tidak bisa memarahi si bungsu karena memang dia tidak tahu itu benda apa. Jadinya sekadar memandangi kaset pita yang pitanya sudah berhamburan keluar itu dengan haru. Terlebih, si bungsu sudah menyampaikan maaf. Salah satu dari tiga kata yang saya ajarkan kepada mereka selain kata "terima kasih" dan "minta tolong".

Dan memang, di era sekarang, ada banyak anak muda yang kurang paham dengan sejarah kaset pita. Jangankan anak bungsu saya yang tahun ini baru "naik status" sebagai anak SD, lha wong beberapa mahasiswa yang kebetulan sering bertemu di kelas, juga tidak paham kelebihan kaset pita.

Gerak cepat zaman yang salah satunya berimbas pada perubahan cepat di bidang permusikan, membuat kaset pita memang tidak lagi digemari, bahkan terlupakan. Sejak beberapa tahun lalu, kita sering mendengar kabar beberapa toko kaset dan CD di pusat perbelanjaan, gulung tikar. Bahkan yang terkenal sekalipun. Masa jaya mereka telah lewat.

Ketika banyak anak muda mulai beralih mendengarkan musik di MP3 lewat Ipod, beberapa toko kaset mungkin masih bertahan. Namun, nasib mereka bak pepatah hidup segan mati tak mau. Mencoba bertahan tapi sedikit sekali yang membeli, bahkan mungkin sudah tidak ada yang membeli.

Lha wong dengan MP3, penikmat musik bisa menyimpan ratusan bahkan ribuan lagu. Bandingkan dengan kaset yang paling banyak hanya 20 lagu. Rata-rata malah 10 lagu. Apalagi, dengan MP3, kita juga bisa memilih lagu mana saja yang ingin didengarkan. Bandingkan dengan kaset yang bila ingin memutar lagu dari tengah, harus memutar kaset pita dengan pensil.

Padahal, dengan membeli kaset pita, penikmat musik secara tidak langsung bisa menambah wawasan perihal musik. Seperti saya dulu yang seusai membeli kaset, saya bisa menghabiskan waktu hingga 15 menit untuk membaca lembaran sampul kasetnya. 

Membaca satu demi satu nama personil bandnya, lembar persembahan hingga menghafalkan lirik lagu yang disuka. Lantas, menandai itu koleksi kaset keberapa. Pada akhirnya, hafal semua lagu-lagu di kaset tersebut karena saking seringnya diputar.

Penggemar kaset pita masih ada
Sekarang, anak-anak kekinian sepertinya tidak lagi merasa perlu membaca lembaran sampul kaset seperti itu. Lha wong tujuannya memang sekadar ingin mendengarkan musik. Kalaupun ingin tahu data band atau penyanyinya, cukup mencari di mesin pencari. Malah, tidak hanya informasi, mereka juga bisa mendapat kabar gosip tentang mereka.

Meski begitu, kaset pita tidak serta merta menghilang dari peredaran zaman. Sebab, penggemar kaset pita masih ada, meski tidak sebanyak dulu. Bila sampean (Anda) aktif "berjalan-jalan" di toko online, Anda pastinya pernah mendapati bahwa ada beberapa lapak yang menjual kaset pita. Harganya bervariasi, mengikuti zaman. Dan kaset itu masih laku.

Saya juga punya kawan yang punya "toko online" di media sosial yang menjual barang-barang bekas orisinil. Kapan hari, dia memajang lima kaset Nirvana dari versi Unplugged in New York hingga yang bersampil bayi berenang yang melegenda itu. Lima kaset dijual Rp 200 ribu dan sudah terbeli. 

Sebelumnya, dia juga memajang empat kaset pita Led Zeppelin, Van Halen, Sepultura dan Aerosmith yang hanya dijual Rp 50.000. Kata dia, "cover masih mulus".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun