Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Pamitan Haru Lee Chong Wei, Legenda Bulutangkis Itupun Menangis!

14 Juni 2019   21:14 Diperbarui: 15 Juni 2019   09:48 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Legenda/Foto: Twitter banadaa

Apa momen yang paling membuat pecinta olahraga bisa baper (bawa perasaan) sehingga tanpa sadar matanya akan berembun?

Apakah ketika melihat tim pujaannya kalah atau gagal juara?

Rasanya bukan. Mungkin ada fans yang baper ketika timnya kalah. Namun, sebagian lainnya palingan sekadar kecewa ketika melihat tim idolanya kalah. Mereka pastinya paham, bahwa dalam olahraga, ada yang menang dan ada yang kalah.

Pun, kalaupun timnya gagal juara dalam sebuah kompetisi, palingan uring-uringan selama rentang beberapa hari. Lantas, waktu akan membuat mereka 'kembali normal' sembari berharap di tahun berikutnya lebih beruntung. Mereka juga masih bisa berpikir positif bahwa meski gagal juara, toh tim mereka telah tampil luar biasa.

Namun, beda cerita bila sebuah cabang olahraga telah kehilangan salah satu pemain terbaiknya. Ya, masa ketika atlet/pemain terbaik dengan 'pengabdian panjang' dan sarat prestasi sehingga layak disebut legenda memutuskan pensiun, itulah salah satu touching moment dalam olahraga. Momen yang bisa membuat siapa saja lantas merasa kehilangan. Sebab, sang legenda tidak akan lagi 'naik panggung'.

Nah, Kamis (13/6) kemarin, dunia bulutangkis kehilangan salah satu pemain terhebat dalam sejarah olahraga tepok bulu ini. Pemain tunggal putra Malaysia, Lee Chong Wei, memutuskan gantung raket alias pensiun setelah 19 tahun menjadi salah satu "putra terbaik" bulutangkis di sektor tunggal putra.

Karena faktor kesehatan pasca dinyatakan kanker hidung

Keputusan Lee Chong Wei (untuk berikutnya saya tulis LCW) untuk gantung raket tersebut terbilang mengejutkan. Memang, usia LCW sudah memasuki senja, 36 tahun. Dia lebih senior 15 tahun dibanding dua tunggal putra andalan Indonesia saat ini, Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie.

Kesehatannya juga tidak lagi prima seperti dulu. Utamanya setelah dia didiagnosis mengidap kanker hidung pada Juli 2018 lalu. Sejak itu, hingga pertengahan tahun 2019 ini, dia tidak lagi turun bermain di turnamen BWF.

Namun, semangatnya untuk kembali bermain belum pudar. Setelah menjalani serangkaian penanganan medis di Taiwan, dia sempat kembali berlatih. Media-media Malaysia mengabarkan pemain yang mendapat gelar kehormatan Datuk ini latihan rutin tiga kali seminggu. LCW bersikukuh untuk kembali mengayun raket di lapangan.

Bahkan, November tahun lalu, LCW sempat mengumumkan akan kembali bermain di Malaysia Open tahun ini yang digelar April lalu. Dia juga berharap bisa tampil di Olimpiade 2020 Tokyo demi menghapus rasa penasarannya setelah di tiga edisi Olimpiade sebelumnya selalu menjadi runner-up/meraih medali perak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun