Tetapi, kerinduan pada ayahmu memang urusan yang tidak tergantikan. Dua pekan lalu misalnya, ketika kami mengadakan buka bersama di rumah saudara. Airin ikut. Seperti biasa, tawanya lepas.
Namun, ketika keponakan-keponakan lainnya bersenda gurau dengan ayah mereka, kamu seperti merasakan ada yang kurang. Pada momen seperti itulah, kesedihan menghampirimu.
"Ayo senyum Airin, ini difoto Dhe Hadi lho," ujarku mencoba mengalihkan perhatiannya.
Trik pengalih perhatian itu ternyata  berhasil. Kamu lantas bergaya. Meski tampak kaku. Kemudian kau menghampiriku sembari berujar. "Dhe Hadi, coba lihat hasil fotonya," ujarnya.
Teruntuk Airin yang periang, aku paham bagaimana rasanya menjadi dirimu seperti halnya masa kecilku dulu berstatus yatim piatu. Ada momen ketika kita merindukan kehangatan orang tua. Namun, jangan pernah bersusah hati. Jangan bersedih.
Di dunia ini, kau tidak akan pernah sendirian. Sebab, ada banyak orang yang perhatian dan menyayangimu. Karena itu, jangan pernah memendam senyuman dan ceriamu
Airin, semoga kau bertumbuh sehat, cerdas dan shalihah. Jadilah anak gadis yang tangguh, mandiri demi mengejar cita-citamu. Â Aku yakin, kelak kau bisa membuat ayahmu bangga di alam sana.
Ayo terus ceria. Jangan bersedih Airin. Kau tidak sendirian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H