Kata istri saya, ketika sahur itu penting untuk mengonsumsi makanan yang mengandung serat seperti sayur dan juga makanan berprotein. Sebab, serat akan bagus untuk tubuh ketimbang lebih banyak mengonsumsi karbohidrat yang pada akhirnya menjadi gula sehingga perut cepat serasa kosong dan cepat lapar. Sayur juga kaya antioksidan yang mampu memelihara stamina.
Dengan sajian sahur berupa sayur dan lauk yang tinggal digoreng ataupun dihangatkan, istri tidak kesulitan untuk menyiapkannya. Dan memang, saya juga tidak mau membebani istri semisal harus menyiapkan masakan yang ribet dan butuh waktu. Karenanya, ketika dia mengajukan menu capcay untuk sahur, saya langsung menjawab: "yang nggak ribet saja".
Prinsip saya, kalau bisa menyiapkan sajian sahur dengan cara simpel dan bisa memenuhi gizi yang dibutuhkan tubuh, kenapa harus memasak yang ribet dan butuh waktu untuk menyiapkannya.
Terpenting, dengan sajian apapun ketika sahur, semoga kita bisa mendapatkan barokahnya. Ya, sahur sejatinya bukan sekadar urusan mengisi perut. Namun, ada berkah ketika kita bangun dari sahur.
Bukankah Rasulullah SAW pernah menegaskan, "(Bangunlah) Kalian untuk sahur, karena dalam sahur ada barokah." Barokah dalam arti bahasa adalah bertambahnya kebaikan dalam suatu hal. Artinya, ketika bangun sahur, kita akan mendapatkan banyak tambahan kebaikan.
Lalu, keberkahan seperti apa---kira-kira---yang dimaksud Rasulullah dalam sahur?
Banyak sekali. Terutama, tentunya badan kita tidak lemas saat siang karena makanan dan nutrisi yang kita konsumsi menjelang imsak. Selain itu, dengan mata yang tidak lagi mengantuk setelah bersantap sahur, kita tergerak mengambil air wudhu, melaksanakan shalat, membaca beberapa halaman Al-Quran, sembari menunggu adzan Subuh tiba. Jadi, bangunlah sahur. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H