Sementara si adiknya tahun lalu masih belajar sehingga lebih sering mood-mood-an berpuasa. Itupun kami (saya dan istri) terlebih dulu harus menjelaskan dan memberikan motivasi agar dia mau berpuasa. Persis gambaran lirik Bimbo di lagu "Ada Anak Bertanya Pada Bapaknya" itu.
Harapan saya, tahun ini, si kakak bisa kembali kuat berpuasa penuh. Sementara adiknya mulai belajar puasa. Plus, mulai tahu untuk tidak menggoda kakaknya yang berpuasa.Â
Sebab, tahun lalu, ketika sedang tidak berpuasa, dia terkadang seenaknya minum di depan kakaknya di siang hari. Meski sudah dinasehati baik-baik, eh malah dijawab begini "adek kan nge-tes kakak puasanya kuat apa nggak". Astaga.
Selain kuat berpuasa, saya juga beberapa kali memberi wejangan kepada keduanya, utamanya si kakak. Bahwa jangan sampai kita berpuasa tetapi hanya mendapatkan lapar dan haus.Â
Sebab, pahala yang disiapkan untuk puasa kita, 'seolah 'habis terbakar' karena tidak mampu menahan emosi maupun amarah.
Ini harapan yang tidak mudah diwujudkan. Dua bocah laki-laki yang umurnya memang tidak beda jauh (tidak sampai dua tahun) ini seolah sedang senang-senangnya "gegeran".Â
Keduanya sama-sama usil tapi mudah tersulut emosinya. Hanya karena urusan sepele semisal berebut, mereka bisa bertengkar, meski beberapa menit kemudian tertawa bareng.
Apalagi, bila sudah memegang gawai yang memang saya berikan di akhir pekan (itupun dengan beberapa syarat semisal bila mereka rajin sekolah, berbicara baik dan patuh pada orang tua selama sepekan). Hanya karena jam bermain gawainya sudah habis dan harus bergantian, itu bisa jadi sumber gegeran.
Karenanya, saya lebih senang bila mereka bersekolah. Minimal setelah pulang sekolah, mereka bisa beristirahat. Bila libur seperti libur awal puasa dua hari ini, pagi mereka sudah bersikeras main bola. Ujung-ujungnya, pulang dengan sebal dan marah.
Bila seperti itu, moodnya sudah nggak karuan. Dan tentu saja, tugas ayah dan mamanya untuk 'mendinginkan hati' mereka. Karenanya, pada akhirnya, harapan agar mereka bisa berpuasa sembari menahan emosi, sejatinya juga menjadi tantangan bagi saya.
Sebab, "sepecah" apapun situasinya diantara dua bocah tersebut, saya tentunya tidak boleh ikut marah maupun tersulut emosi. Akan menjadi tidak lucu bila saya yang menasehati mereka untuk bisa menahan emosi selama berpuasa, malah tidak mampu memberikan teladan.Â