Bulan April menjadi periode padat bagi para pebulutangkis Indonesia. Beberapa kejuaraan sudah masuk daftar tunggu untuk mereka datangi.
Setelah pekan kemarin memeras keringat di Malaysia Open 2019, pekan ini mereka akan tampil di turnamen Singapore Open 2019. Turnamen BWF World Tour Super 500 (di bawah Super 1000 dan 750) ini akan digelar dari 11 hingga 16 April 2019.
Ada 27,5 wakil Indonesia yang akan tampil di turnamen berhadiah total 355 ribu dolar ini. Hampir semua pemain andalan Indonesia tampil. Di antaranya ganda putra pasangan Marcus Gideon/Kevin Sanjaya dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, dua tunggal putra Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting, serta pasangan ganda campuran, Hafiz Faizal/Gloria Widjaja.
Menariknya, dari beberapa pemain Indonesia yang tampil di Singapore Open 2019, beberapa di antaranya berstatus perindu gelar. Pasalnya, setelah tampil di beberapa turnamen, hingga April 2019, mereka belum mampu meraih gelar. Salah satunya Anthony Ginting.
Di tahun lalu, memasuki bulan April, Anthony Ginting telah meraih satu gelar di Indonesia Masters 2018 yang digelar di awal tahun. Namun, tahun ini, Ginting yang masih masuk peringkat 10 besar dunia (BWF), belum mampu tampil hebat seperti tahun lalu.
Pemain berusia 22 tahun ini belum sekalipun mampu menapak ke babak penting di turnamen BWF World Tour 2019. Pekan kemarin di Malaysia Open, Ginting langsung tersingkir di round 1 setelah dikalahkan pemain Jepang, Kenta Nishimoto (2/4).
Dalam wawancara dengan badmintonindonesia.org, Ginting menyebut bermain terburu-buru dan kurang sabar di Malaysia Open sehingga akhirnya kalah rubber game dengan skor tipis 21-23 di game penentuan.
"Game ketiga pas interval pertama, saya harusnya bisa ambil poin banyak, saat lapangan kalah angin. Karena pas pindah lapangan kan menentukan juga. Sayang akhir-akhirnya saya kurang tenang lagi," ujar Anthony Ginting dikutip dari badmintonindonesia.org.
Lalu, bagaimana peluang Ginting di Singapore Open 2019?Â
Merujuk pada hasil drawing, Ginting yang menjadi unggulan 7, akan menghadapi pemain Taiwan, Wang Tzu Wei di putaran pertama, Rabu (10/4). Menariknya, bila menang, Ginting berpeluang kembali bertemu Kenta Nishimoto di putaran 2. Semoga ada kisah revans yang manis.
Tidak hanya Ginting, Jonatan Christie pun tengah merindu gelar. Malah, tunggal putra peraih medali emas Asian Games 2018 ini tengah memburu gelar pertamanya di turnamen BWF World Tour. Tahun lalu, pencapaian terbaiknya di BWF World Tour hanyalah finalis di New Zealand Open (2018) dan Korea Open (2017).
Namun, di penampilan terakhir di Malaysia Open, Jojo--panggilan Jonatan Christie---mampu tampil lebih bagus dari Ginting. Bila Ginting langsung kandas di putaran pertama, Jojo tampil mengejutkan. Dia mengalahkan pemain rangking 1 dunia yang juga juara dunia 2018, Kento Momota asal Jepang di putaran kedua. Di perempat final, dia kembali tampil dahsyat dengan mengalahkan pemain terbaik Denmark yang juga juara dunia 2017, Viktor Axelsen.
Kemenangan itu menjadi bukti, Jojo mulai berhasil meningkatkan level bermainnya, terutama ketika bermain di luar Indonesia. Sebelumnya, dalam dua kali pertemuan melawan Momota dan Axelsen, dia selalu kalah.
Sayangnya,  di semifinal, Jojo tak mampu mengalahkan Chen Long, lawan terberat yang pernah dia hadapi di lapangan bulutangkis. Faktanya, dia memang selalu kewalahan ketika menghadapi pemain senior Tiongkok peraih medali emas Olimpiade  2016 ini. Dalam enam kali perjumpaan, Jojo selalu kalah. Kini, kekalahan itu menjadi tujuh kali.
Toh, masih ada optimisme melihat penampilan Jojo di Kuala Lumpur. Terlihat jelas, dia telah mampu memperbaiki teknik bermain, juga staminanya. Terpenting, dia terlihat telah mampu memperbaiki mental tandingnya yang acapkali ambruk ketika bersua pemain top dunia.
"Setiap saya bertemu pemain unggulan, saya anggap sebagai sparing seperti latihan. Jadi jangan sampai pikiran saya terbeban. Selain itu lebih ke perang mental di lapangan," ungkap Jonatan dikutip dari badmintonindonesia.org.
Penampilan apik di Malaysia Open itulah yang akan menjadi bekal Jojo memburu gelar di Singapore Open 2019. Di putaran pertama, Jojo akan menghadapi pemain Thailand Khosit Phetpradab. Ini merupakan ulangan final SEA Games 2017 ketika Jojo meraih medali emas dengan mengalahkan Phetpradab 21-19, 21-10. Kali ini harusnya dia bisa kembali menang.
"Pastinya dengan pengalaman berhadapan dengan Momota, Axelsen, dan Chen Long membuat saya sedikit lebih percaya diri. Itu yang akan menjadi modal saya ke Singapore Open. Yang penting sekarang balikin kondisi saya dulu, sehingga bisa maksimal. Harapannya saya bisa tampil seperti di sini dan bahkan lebih baik lagi," sambung Jonatan.
Selain Ginting dan Jojo, pemain top Indonesia yang masih merindu gelar adalah dua pasangan ganda campuran yang diproyeksikan tampil di Olimpiade 2020. Yakni pasangan Hafiz Faizal/Gloria Widjaja dan Praveen Jordan/Melati Daeva.
Dua pekan lalu, kesempatan meraih gelar pertama sejak dipasangkan pada awal 2018 silam, sudah berada di depan mata Praveen/Melati. Mereka tampil di final India Open Super 500.
Apa mau dikata, mereka kembali takluk di final seperti edisi sebelumnya. Kali ini dari ganda campuran Tiongkok, Wang Yilu Huang Dongping. Di Malaysia Open, Praveen/Melati malah out di putaran I setelah dikalahkan juniornya, Rinov Rivaldy/Pitha Mentari.
Nasib serupa juga dialami Hafiz/Gloria. Di awal Maret lalu, mereka juga berkesempatan meraih gelar saat tampil di final German Open Super 300. Namun, yang terjadi, mereka dikalahkan ganda Korea, Seo Seung-jae/Chae Yoo-jung dua game langsung.
Hingga April ini, ganda putra menjadi sektor yang paling sering menyumbangkan gelar untuk Indonesia. Ada Marcus/Kevin yang telah meraih dua gelar (Malaysia Masters dan Indonesia Masters), Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (All England) dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto (Swiss Open). Lalu ada ganda putri Greysia Polii/Apriani Rahayu (India Open) dan Fitriani (Thailand Masters).
Ah, semoga pemain-pemain Indonesia bisa tampil bagus di Singapore Open 2019. Semoga para perindu gelar, bisa segera meraih gelar pertama mereka. Sebab, meski gelar bukan segalanya, tetapi ia adalah 'hadiah terindah' untuk latihan keras dan konsistensi penampilan di lapangan. Apalagi, dengan meraih gelar, pemain tentunya akan menjadi lebih percaya diri. Salam bulutangkis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H