"Tentu saja selalu ada tekanan. Tentu saja momen seperti ini bisa membuat nervous. Namun, jangan terlalu membesar-besarkan karena situasi seperti ini juga terjadi tahun lalu, dua tahun lalu ataupun tiga tahun lalu. Kami hanya perlu melakukan yang terbaik yang bisa kami lakukan," ujar Klopp dikutip dari www.liverpoolfc.com.
Dalam situasi seperti sekarang, kematangan Klopp memang diuji. Dia perlu mengeluarkan kembali 'sentuhan ajaibnya' seperti saat membawa Borussia Dortmund juara Bundesliga Jerman di musim 2010/11 setelah "puasa gelar" selama sembilan tahun. Di tahun berikutnya, Dortmund kembali juara. Itu prestasi bagus ditengah dominasi Bayern Munchen di Bundesliga Jerman.
Sejak datang melatih Liverpool di awal musim 2015/16, Klopp belum mampu meraih trofi untuk Liverpool. Dia hanya nyaris juara. Liverpool pernah dibawanya tiga kali tampil di final. Dari final League Cup 2016 dan final Europa League 2016, hingga final Liga Champions tahun 2018, tetapi semuanya hanya menjadi runner-up. Nah, tahun ini merupakan kesempatan terbaik Klopp untuk mempersembahkan trofi bagi Liverpool.
Berkaca dari sukses Dortmund dulu, Klopp menyebut, menjuarai kompetisi panjang hanya bisa terjadi bila sebuah tim mampu tampil fokus dan tidak terganggu dengan apapun yang terjadi di luar klub.
"Cukup lakukan yang terbaik yang bisa dilakukan. Jika kamu memang bagus, maka akan terjadi (juara). Jika tidak (cukup bagus), itu (juara) tidak akan pernah terjadi. Sebenarnya semudah itu," jelas Klopp.
Dalam situasi normal bila bisa mengatasi tekanan, Liverpool sejatinya punya peluang besar untuk meraih kemenangan di pertandingan nanti. Di pertemuan pertama di Anfield, Liverpool menang telak 4-0 atas West Ham di laga pertama Liga Inggris musim ini.
Terlebih, West Ham sekarang tidak sedang tampil bagus. Tim yang dilatih Manuel Pellegrini ini selalu kalah dalam tiga pertandingan terakhir. Bahkan, tengah kemarin, The Hammers dihajar Wolverhampton 3-0 (30/1). Sebelumnya kalah 4-2 dari Wimbledon di Piala FA (27/1) dan takluk 2-0 dari Bournemouth (19/1).
Meski, itu semuanya terjadi di luar kandang. Ketika tampil di London Stadium, West Ham justru tampil bagus. Faktanya, West Ham pernah mengalahkan Arsenal 1-0 di kandang sendiri pada 12 Januari lalu.
Tetapi, kuncinya sebenarnya terletak pada bagaimana pemain-pemain Liverpool bisa "menjiwai" makna Let It Be nya The Beatles. Seperti halnya McCartney dulu yang bak tidak memedulikan kondisi 'rumah tempat bermusiknya' yang mulai retak.
Bila Liverpool tampil lepas, West Ham yang gawangnya sudah jebol 37 kali dalam 24 laga dan menjadi salah satu dari tujuh tim dengan pertahanan terburuk di Liga Inggris, bisa menjadi tempat Salah-Mane dan Firmino untuk 'bersenang-senang'.
Ya, Liverpool perlu tampil lepas. Seperti salah satu cuplikan lirik lagu Ob-La-Di, Ob-La-Da nya The Beatles yang 'lahir lebih dulu' dari Let It Be.