Kita ingat, di Piala Asia 2004 silam yang digelar di China, Qatar bertemu Indonesia di pertandingan pertama Grup A. Hasilnya, Indonesia bisa mengalahkan Qatar 2-1 lewat gol Budi Sudarsono dan tendangan roket Ponaryo Astaman. Qatar mengakhiri penyisihan sebagai juru kunci Grup A. Indonesia juga gagal lolos karena di laga kedua kalah 0-5 dari China dan 1-3 dari Bahrain.
Di tiga edisi Piala Asia berikutnya, Qatar juga lebih sering jadi 'penggembira' karena langsung tersingkir di fase grup. Kecuali di Piala Asia 2011 saat menjadi perempat finalis. Bahkan, di Piala Asia 2015 lalu, Qatar tersingkir di fase grup dengan tidak mendapat satu pun poin alias kalah tiga kali beruntun.
Nah, yang menarik untuk diketahui adalah apa yang dilakukan Qatar dalam empat tahun terakhir setelah kegagalan di Piala Asia 2015 sehingga bisa tampil keren di Piala Asia 2019?
Mereka mengganti pelatih dari Aljazair, Djamel Belmadi dengan pelatih Uruguay, Jose Daniel Carreno dan Jorge Fossatti. Keduanya sama-sama hanya bertahan setahun. Lantas, Felix Sanchez Baz direkrut pada 3 Juli 2017. Baz merupakan mantan pelatih Qatar U-19 yang berhasil juara Piala AFC 2014 di Myanmar.
![Felix Sanchez Baz, pelatih juara/Foto: AFC.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/02/02/xflpyyxztwjxyi70agcp-5c557950677ffb1e9d6606e2.jpg?t=o&v=555)
Rata-rata pemain Timnas Qatar di Piala Asia 2019 berusia 22 tahun. Hanya ada tiga pemain senior yang sebelumnya tampil di Piala Asia 2015 dan berusia 28 tahun, yakni Boualem Khoukhi, Karim Boudiaf, dan Hassan Al Haydos yang ditunjuk menjadi kapten. Plus, pemain naturalisasi dari Portugal, Pedro Miguel de Correia alias Ro-Ro yang juga berusia 28 tahun.
Sebelum membaca rekam jejak Timnas Qatar, saya memang sempat penasaran. Saya penasaran, bagaimana cara pembinaan yang dilakukan Qatar hingga mampu menghasilkan penyerang muda 22 tahun yang berhasil menjebol gawang tim top langganan Piala Dunia seperti Arab Saudi, Jepang dan bahkan lebih ganas dari penyerang top sekelas Ali Daei yang pernah membela Bayern Munchen dan Inter Milan?
Saya juga penasaran, kompetisi macam apa yang mampu membentuk bek-bek tangguh yang bisa membuat tim-tim top macam Arab Saudi, Irak, Korea Selatan seperti tidak pernah latihan mencetak gol.
Ternyata memang, Qatar tidak ujug-ujug menjadi juara Asia. Mereka telah berproses sejak di level junior. Mereka berproses dengan merekrut pelatih dengan jejak rekam hebat. Mereka juga berproses dengan tidak sembarangan menaturalisasi pemain tetapi yang benar-benar pemain penting dan usianya masih "usia emas". Â
Ya, Qatar yang pada 15 tahun lalu dikalahkan Indonesia, telah menjalani proses jatuh bangun yang membuat mereka menjadi juara Asia. Qatar  telah menunjukkan kepada dunia bahwa mereka telah siap menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022. Tidak hanya kesiapan infrastruktur tetapi juga punya timnas yang siapa mengejutkan dunia.
Sementara Timnas Indonesia cenderung masih jalan di tempat. Untuk bisa juara di level regional Asia Tenggara (Piala AFF) masih belum mampu.Â