Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Belajar dari Jatuh Bangun Qatar hingga Jadi Juara Asia

2 Februari 2019   18:04 Diperbarui: 3 Februari 2019   08:04 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Felix Sanchez Baz, pelatih juara/Foto: AFC.com

Selalu ada pesan baik alias hikmah yang bisa ditangkap dari setiap peristiwa. Termasuk dari sukses Timnas Qatar yang tampil sebagai juara Piala Asia 2019 usai mengalahkan "penguasa Piala Asia", Jepang, 3-1 di final yang digelar di Kota Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Jumat (1/2/2019) malam.

Namun, dari keberhasilan Qatar menjadi raja sepak bola Asia di awal tahun ini, tidak semua pesan bisa terlihat jelas dan dapat dengan mudah ditandai oleh banyak orang. Ada juga "pesan tak kasat mata" yang seperti ada dalam kesunyian sehingga tidak mudah untuk menangkapnya.

Pesan yang terlihat jelas itu berhubungan dengan sejarah dan juga rekor yang diukir Qatar di Piala Asia 2019. Ada banyak media arus utama yang ikut membagikan pesan jelas ini.

Kita tahu, Qatar menciptakan kisah sejarah dengan menjadi juara Asia untuk kali pertama sejak partisipasi pertama mereka pada tahun 1980 silam di turnamen yang mulai digelar pada 1956 ini. Qatar kini sejajar dengan Irak yang juga pernah juara sekali saat Piala Asia 2007 yang salah satu tuan rumahnya adalah Indonesia.

Tidak hanya sejarah, sukses Qatar juga menciptakan rekor. Adalah penyerang Qatar, Almoez Ali yang tampil sebagai pencipta rekor. Gol lewat "tendangan sepeda terbalik" yang dibuatnya di menit ke-13 dan menjadi gol pertama Qatar ke gawang Jepang tadi malam, merupakan rekor di Piala Asia.

Itu merupakan gol kesembilan Ali di Piala Asia 2019. Dia akhirnya berhasil meraih gelar pencetak gol terbanyak. Namun, yang luar biasa, raihan sembilan gol itu membuat Ali menciptakan rekor baru sebagai pencetak gol terbanyak dalam satu turnamen Piala Asia selama 62 tahun.

Almoez Ali mengungguli rekor penyerang top Iran, Ali Daei yang telah bertahan 22 tahun. Sebelumnya, Ali Daei-lah memegang rekor pencetak gol terbanyak Piala Asia di satu ketika mencetak 8 gol di Piala Asia 1996.

Sebuah kebetulan, rekor gol itu tercipta ketika Piala Asia digelar di Bahrain. Kala itu, Indonesia ikut tampil sebagai peserta. Penyerang Indonesia, Widodo Cahyono Putro bahkan tampil sebagai pencetak gol terbaik lewat sepakan salto kala menjebol gawang Kuwait di pertandingan pertama.

Selain itu, Qatar juga mengukir rekor penampilan luar biasa. Statistik mencatat, dari tujuh pertandingan yang mereka lakoni untuk menjadi juara (tiga pertandingan di penyisihan grup dan empat laga di babak gugur), Qatar selalu menang dengan membuat 19 gol. Bahkan, gawang mereka hanya kemasukan satu gol. Itupun baru terjadi di final. Ya satu gol Jepang itulah yang menjadi satu-satunya gol yang masuk ke gawang Qatar.

Lalu, apa pesan tak kasat mata yang bisa kita ambil dari sukses Qatar menjuarai Piala Asia 2019?

Pesan tak terlihatnya adalah bagaimana Qatar bisa berproses dari tim yang dulunya bukan siapa-siapa menjadi tim juara. Ini pesan yang tidak semua media arus utama mengulasnya. Sulit mencari data statistik yang seperti ini. Itupun kalau ada. Hanya  Qatar-lah yang paham bagaimana jatuh bangunnya mereka dalam membangun Timnasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun