Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Pelajaran Hidup dari Kemenangan Greysia/Apriyani atas Ganda Putri Jepang

20 Januari 2019   09:22 Diperbarui: 20 Januari 2019   15:32 1065
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Greysia/Apriani akhirnya bisa mengalahkan pemain Jepang/Foto: Twitter badminton Ina


"Hidup adalah sepuluh persen apa yang terjadi pada Anda dan sembilan puluh persen bagaimana Anda menanggapinya".

Begitu kata analis olahraga yang juga penulis buku motivasi, Lou Holtz. Pria asal Amerika Serikat yang kini berusia 82 tahun ini seolah ingin menyampaikan bahwa ketika seorang atlet mendapatkan gangguan dari lawan semisal intimidasi ataupun kekalahan, maka yang terpenting adalah bagaimana meresponsnya. Bahwa respons yang baik, akan berdampak pada yang baik pula.

Dalam kutipan berenerginya yang lain, Lou Holtz berucap begini "virtually nothing is impossible in this world if you just put your mind to it and maintain a positive attitude".

Saya mendadak teringat sosok Lou Holtz dengan kutipan-kutipannya yang penuh tenaga baik setelah mengikuti perjuangan hebat ganda putri Indonesia, Greysia Polii/Apriyani Rahayu di semifinal Malaysia Masters 2019 tadi malam. Greysia/Apri lolos ke final setelah memperlihatkan semangat luar biasa saat mengalahkan ganda putri Jepang unggulan 2, Ayaka Takahashi/Misaki Matsutomo.

Apa kaitan antara Greysia/Apriyani dan kutipannya Lou Holtz?

Begini. Sampean yang cinta dan mengikuti perkembangan bulutangkis, pastinya tahu betapa ganda putri Jepang kini sangat mendominasi sektor ini. Tidak hanya satu, Jepang punya tiga ganda putri top dunia.

Selain Ayaka/Misaki yang merupakan peraih medali emas Olimpiade 2016, Jepang juga punya Yuki Fukushima yang kini menduduki rangking 1 dunia. Serta, Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara yang merupakan juara dunia 2018.

Nah, sepanjang turnamen BWF World Tour tahun 2018 lalu, trio ganda putri Jepang itu bolak-balik mengalahkan Greysia/Apri. Yang menyesakkan, kekalahan Greysia/Apriani seringkali terjadi di semifinal. Ya, mimpi mereka ke final hampir selalu digagalkan oleh ganda Jepang. Bahkan, di semifinal Malaysia Masters tahun ini, Greysia/Apri lagi-lagi dikepung oleh trio ganda putri Jepang tersebut.  

Toh, seperti kata Lou, dalam hidup, apa yang terjadi pada Anda itu hanyalah sepersepuluh bagian dari hidup. Betapapun menyesakkan, kekalahan-kekalahan yang dialami Greysia/Apri itu hanyalah bagian kecil saja dalam perjalanan karier mereka.

Bagian terbesarnya adalah bagaimana mereka merespons kekalahan-kekalahan itu. Saya yakin, Greysia/Apri dan juga jajaran pelatih ganda putri PBSI, sudah berupaya mencari 'jurus jitu' untuk menaklukkan ganda Jepang. Mereka pastinya tidak hanya pasrah dan menerima autokalah saja ketika bertemu ganda Jepang.

Tetapi memang, pemain-pemain dari negeri Sakura tersebut sulit dikalahkan. Mereka juga paham, permainan bulutangkis itu bak buku terbuka yang semua lawan bisa melihat dan mempelajari permainan mereka. Karenanya, mereka bisa bersikap adaptif selama pertandingan dengan mengubah strategi sesuai karakter lawan.

Toh, kesempatan mengubah cerita lama menjadi lebih bagus itu akan selalu datang. Tak peduli apakah itu kesempatan kedua, ketiga ataupun kesepuluh. Dan, cepat atau lambat, dengan dominasi ganda putri Jepang, kesempatan bagi Greysia/Apri bertemu mereka, pasti akan datang.

Ternyata itu terjadi di semifinal Malaysia Masters 2019 yang merupakan turnamen perdana mereka di tahun 2019. Greysia/Apri bertemu Misaki/Ayaka. Itu merupakan pertemuan kesepuluh mereka!

Dan, dalam head to head di sembilan perjumpaan sebelumnya, Gresia/Apriani kalah 1-8. Ya, Greysia/Apri hanya menang sekali, yakni di final Thailand Open 2018. Selebihnya, mereka kalah delapan kali. Salah satu kekalahan menyesakkan terjadi di Jakarta pada awal tahun lalu, tepatnya di final Indonesia Masters 2018.

Toh, Greysia/Apri rupanya tidak mau lagi mengingat rekor buruk pertemuan mereka dengan ganda Jepang itu. Bagi mereka, itu masa lalu. Tahun 2019 ini, mereka ingin cerita baru. 

Mengutip ucapan Lou Holtz, dalam dunia ini, sejatinya tidak ada yang tidak mungkin diraih di dunia ini jika kita memiliki cara pikir yang benar dan tetap berpikir dan bertindak positif.

Dan, yang terjadi terjadilah. Di pertemuan ke 10 mereka, Greysia/Apri mampu membuktikan bahwa tidak ada lawan yang tidak bisa dikalahkan. Greysia/Apri yang menjadi unggulan 4, berhasil mengalahkan ganda Jepang unggulan 2 tersebut lewat kemenangan rubber game selama 1 jam 18 menit.

Sempat kalah menyebalkan 20-22 di game pertama, membuat Greysia/Polii terlecut di game kedua. Mereka mampu menang dengan skor meyakinkan 21-13. Di game penentuan, kedua pasangan silih berganti unggul dalam perolehan poin. Greysia/Polii akhirnya bisa meraih match point duluan, unggul 20-17. Satu poin lagi mereka ke final.

Namun, ketegangan justru mencuat. Saya yang memantau pertandingan ini via livescore, juga ikut deg-degan ketika ganda Jepang tersebut mampu mendapatkan dua poin beruntun. Skor menjadi 20-19. Artinya, bila ganda Jepang mendapat satu poin lagi (20-20), laga akan berlanjut ke setting point hingga ada pemain yang unggul dua poin dengan batas 30 poin. Tentunya itu akan semakin mendebarkan.

Toh, Greysia/Apri bisa tetap tenang. Dari cuplikan pertandingan yang bisa kita lihat via Youtube, di poin 20-19 tersebut, serve tinggi Misaki langsung disambar oleh Greysia yang diikuti dua kali smash Apriani. Poin kemenangan pun didapat, 21-19. Duh, rasanya lega seperti melihat tim bola favorit meraih gelar.

Dikutip dari badmintonindonesia.org, Greysia menyebut memang sangat ingin memenangi laga semifinal tersebut. Setelah berulang kali kalah dari ganda putri Jepang di tahun 2018, mereka telah melakukan persiapan matang.

"Kami sungguh ingin menang dan menerapkan apa yang sudah kami latih berulang-ulang setelah kalah berkali-kali. kami tahu kami selau kalah melawan Jepang di 8 semifinal terakhir kami. Sekarang, kami ingin bersyukur karena kami telah menang," ujar Greysia dikutip dari m.badmintonindonesia.org.

Di final yang akan dimainkan Minggu (20/1/2019) siang nanti, Greysia/Apri akan kembali bertemu ganda Jepang yang tidak kalah tangguh. Yakni pasangan rangking 1 dunia, Yuki Fukushima/Sayaka Hirota. Di semifinal, Sayaka/Yuki mengalahkan rekan senegaranya, Mayu Matsumoto/Wakana Nahagara 21-13, 21-14.

Sama seperti pertemuan dengan Misaki/Ayaka, Greysia/Apri juga memiliki rekor buruk dalam pertemuan dengan Yuki/Sayaka. Mereka sudah tujuh kali bertemu. Dan, dari tujuh pertemuan tersebut, Greysia/Apri kalah lima kali. Pertemuan terakhir terjadi di semifinal Hongkong Open 2018. Kala itu, Greysia/Apri kalah rubber game 22-20 9-21 12-21.

Kali inipun, Yuki/Sayaka diunggulkan menang. Tetapi, kemenangan atas ganda kuat Jepang lainnya, Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi di semifinal kemarin, tentunya akan membuat Greysia/Apriani lebih termotivasi. Greysia menyebut telah belajar dari kekalahan sebelumnya melawan ganda Jepang.

"Intinya di kesiapan mental dan pikiran kami saja," ujar Greysia.

Ah, semoga saja Greysia/Apriani kembali tampil maksimal dan berhasil mengakhiri paceklik gelar ganda putri Indonesia di Malaysia Masters. Kali terakhir ganda putri Indonesia juara di Malaysia Masters terjadi pada tahun 2013 atau enam tahun lalu lewat pasangan Pia Zebadiah/Rizki Amelia.

Semoga Greysia/Apri bisa juara. Seperti kata Lou Holtz, bukankah kalah head to head hanyalah 10 persen bagian dari hidup. Sembilan puluh persennya adalah bagaimana mereka merespons itu. Dan, respons yang baik, akan berdampak pada yang baik pula. Semoga Greysia/Apri bisa juara. Doa terbaik untuk mereka. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun