Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Teladan Rifai Pamone untuk Para Pekerja Media

29 Desember 2018   17:17 Diperbarui: 30 Desember 2018   12:04 1127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rifai Pamone, berpulang Jumat kemarin/Foto: Tribunnews.com

Kala itu, di tengah siang yang terik, saya dan beberapa wartawan, termasuk Rifai, berada di tengah area persawahan. Karena akses menuju sawah yang akan dipanen hanya berupa jalan setapak yang tidak bisa dilalui mobil, kami pun berjalan cukup jauh menuju lokasi.

Bisa dibayangkan bagaimana rasanya dengan medan liputan yang seperti itu, dengan panas Surabaya, plus membawa peralatan liputan ala jurnalis televisi.  

Toh, dia santai saja. Bahkan, di lokasi areal persawahan, dia tidak segan untuk turun ke bawah meski menginjak tanah yang lembab dan sepatunya kotor oleh tanah. Dia tidak ragu melakukannya demi bisa mewawancara Bu Risma di lokasi.

Sepengetahuan saya, sikap tangguh dan totalitas seperti itu tidak dimiliki semua orang yang bekerja media. Sebab, dalam ranah media, akan selalu ada dinamika wartawan yang rajin bekerja dan sebaliknya.

Saya juga mengingat Rifai sebagai jurnalis profesional yang bisa menempatkan diri dengan baik ketika berurusan dengan narasumber. Tentang hal ini, saya ingin mengutip jawaban Bu Risma ketika diwawancara jurnalis Metro TV tentang kenangannya dengan Rifai Pamone yang juga ditulis Mbak Ina.

"Saya menganggap Rifai sebagai anak saya sendiri. Bahkan saat sedang sibuk saat jelang puasa, Rifai Pamone ingin menginterview saya. Saya katakan nanti saja karena saya masih sibuk sekali. Dia tidak memaksa. Sampai dia pulang ke Jakarta. Lalu, dia menelpon saya, memberikan kesempatan sekali lagi apabila saya bisa diinterview. Saya sangat menghargai sikap profesionalisme. Ditolak tidak marah, bahkan sangat santun sekali". Begitu jawaban Bu Risma.

Jawaban Bu Risma tersebut benar adanya. Almarhum Rifai adalah satu dari sedikit jurnalis yang tidak gampang baper ataupun mudah tersulut emosinya ketika berhadapan dengan narasumber. Dia juga bisa menjaga hubungan baik dengan narasumbernya. Sikap profesional itulah yang bisa diteladani para jurnalis.

Selama bekerja di humas, saya beberapa kali mendapati wartawan yang terkadang tidak sabaran untuk mendapatkan kesempatan mewawancara. Maunya cepat tanpa mau mengerti bahwa narasumbernya juga punya kesibukan. Ada pula jurnalis yang terkadang tidak sabaran ingin segera mendapat statement yang diinginkan dari narasumber tanpa memperhitungkan situasi ketika wawancara ataupun gagal mengawali wawancara dengan baik.

Di luar atribut sebagai jurnalis, Rifai semasa hidupnya juga memiliki sikap luwes sebagai seorang kawan yang ia tunjukkan ketika 'melepas' atribut tersebut alias pas tidak sedang menjalankan tugas.

Saya terkesan dengan cerita kawan jurnalis dari Kompas TV perihal hubungan kerjanya dengan Rifai yang ia gambarkan dalam narasi cerita di akun Instagramnya. Ia bercerita pernah bersitegang dengan Rifai karena rebutan narasumber untuk wawancara karena kebetulan narasumbernya sama dan jadwal siaran live nya pun berdekatan waktunya. Situasi itu sempat berulang dalam kesempatan berikutnya. Namun, ketika kondisi biasa, mereka bisa berbincang akrab tanpa harus baper dengan kejadian sebelumnya.

Dari cerita tersebut, kita bisa mendapatkan hikmah. Bahwa seberapapun ketatnya persaingan dalam pekerjaan, kita sejatinya sedang memenuhi tugas sebagai pekerja. Tetapi, tugas sebagai kawan dan manusia, tidak boleh terabaikan. Sebab, apalah artinya menyajikan berita ekslusif yang mendapat pujian banyak orang bila ternyata tidak disukai sesama pekerja media karena mungkin sikap yang kurang terpuji.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun