Untuk menjadi pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) sebenarnya tidak sulit. Selama memiliki kemauan kuat, siapapun bisa memulai langkah menjadi pelaku usaha skala mikro. Meski dengan segala keterbatasan, semisal modal kecil ataupun tidak ada tempat berjualan.
Namun, beda ceritanya bila ingin menjadi pelaku UMKM yang sukses mengembangkan usahanya dalam jangka waktu lama. Urusannya sama sekali tidak mudah. Kenyataan yang jamak terjadi di masyarakat, banyak pelaku UMKM bermunculan yang sejatinya punya potensi, tetapi lantas gulung tikar hanya dalam hitungan bulan setelah memulai usaha.
Penyebabnya, tidak banyak pelaku UMKM yang memiliki kesiapan dalam mengarungi dunia usaha yang penuh tantangan. Padahal, untuk menjadi pelaku UMKM yang sukses, harus siap capek, siap jatuh bangun dan bahkan siap menghadapi risiko gagal. Â
Bila tidak memiliki mental tangguh dan kemauan kuat dalam membuat usahanya sustainable semisal dalam membranding produk yang dijual hingga menentukan perusahaan jasa kurir sebagai mitra untuk memperluas pasar usaha ke luar kota maupun ke luar pulau, maka cepat atau lambat, usaha yang dirintis tersebut hanya tinggal cerita.
Bila dianalogikan, menjadi pelaku UMKM itu bak mengarungi samudera dengan perahu. Untuk bisa sampai ke pulau tujuan, tidak boleh mudah menyerah menghadapi hantaman ombak. Selain itu, harus terus beradaptasi dan berlatih mengasah skill guna membaca fenomena apa saja yang terjadi di lautan.
Gambaran menjalani usaha mikro kecil menengah bak mengarungi lautan luas dengan perahu kecil hingga akhirnya sampai di pulau harapan itulah yang telah dilalui pelaku UMKM asal Surabaya, Ida Amarwati. Perempuan berusia 29 tahun ini telah merasakan, bahwa sukses dalam usaha UMKM hanya bisa diraih lewat keberanian, kreativitas dan terus belajar.
Ida yang dulunya berjualan nasi bebek, lantas berjualan kebab di pinggir jalan yang  awalnya produk yang laku bisa dihitung dengan jari, kini telah menjadi pelaku UMKM sukses. Brand usahanya, Kebab Pisang Pus1ng yang dibesarkannya bersama sang suami, kini telah dikenal luas. Pasangan muda ini bahkan sudah merambah ranah franchise yang kini mencapai belasan kota di pulau Jawa dan akan terus bertambah.
Awalnya jatuh bangun menjalankan usaha
Ditemui di salah satu stan usahanya di Jalan Nginden, Surabaya, Jumat (7/12/2018) siang kemarin, Ida antusias bercerita perihal jalan panjang yang telah dilakoninya untuk menjadi pelaku UMKM sukses. Dia mengaku beberapa kali merasakan pahitnya jatuh bangun di awal-awal menjalani usaha.
Dia sempat mencoba usaha jualan spaghetti tetapi kemudian berhenti karena merasa produknya kurang familiar dengan konsumen. Lantas, pada awal 2016 silam, bersama calon suaminya, M Lukman Ikhwan, Ida berjualan nasi bebek dengan nama "bebek air mata". Setelah menikah, keduanya sepakat untuk mengembangkan usaha jualan mereka sebagai sumber nafkah.
Persiapan sudah dibuat matang. Lokasi berjualan sudah ada. Termasuk membuat brosur dan banner untuk promosi jualan. Namun, tanpa diduga, jelang memasuki bulan puasa, mereka kesulitan mencari bahan baku. Tidak ada stok bebek. Beberapa peternakan bebek yang sebelumnya sudah dipesan, ternyata sudah menjual bebek mereka ke restoran-restoran. Rencana yang sudah matang itupun gagal. Alhasil, Ida hanya bisa pasrah mendengar sindiran tetangga yang menyebut usaha bebek mereka benar-benar menyisakan air mata seperti namanya.