Lalu, apa kaitannya antara cerita Christoph Waltz dengan Kompasiana?
Begini. Dalam tingkatan yang berbeda jauh tetapi alur ceritanya rada mirip (mungkin juga dimirip-miripkan), saya memberanikan diri untuk menyamakan pengalaman di Kompasiana bak kisah sukses Waltz di panggung Hollywood. Bukan untuk pamer. Sekadar berbagi cerita.
Akhir pekan kemarin, saya diundang menjadi narasumber acara workshop bertajuk "Journalism and Content Creator" yang digelar fakultas ilmu sosial dan ilmu hukum salah satu universitas negeri di Surabaya.
Dalam 'baliho' pengumuman acara itu yang beredar di media sosial, tertulis nama saya dengan 'gelar' sebagai blogger dan content creator. Hmm saya merasa sedikit 'risih'. Lha wong saya ini bukan full time blogger. Cukup nge-blog di Kompasiana saja. Sekadar cinta menulis.
Singkat cerita, jadilah saya berbagi ilmu dan pengalaman menulis kepada adik-adik mahasiswa. Serta berdiskusi banyak hal tentang menulis. Tak lupa, mengenalkan Kompasiana kepada mereka yang ternyata sudah banyak yang tahu.
Kebetulan, di akhir acara, pihak panitianya mengharuskan peserta workshop untuk menulis. Saya lantas menyarankan mereka untuk menulis di Kompasiana dengan segala kelebihannya. Semisal tulisan bisa langsung tayang tanpa harus dimoderasi editor lebih dulu--kecuali bila tulisannya 'tidak layak' muat. Tentunya saya tak perlu menyebut 'sisi gelap'nya semisal untuk login yang terkadang butuh kesabaran.
Mundur ke belakang, pada awal September lalu, saya diundang Dinas Komunikasi dan Informatika Pemkot Surabaya untuk menjadi narasumber pelatihan menulis dan membuat blog bagi KIM (Kelompok Informasi Masyarakat) se-Surabaya.Â
KIM ini merupakan elemen masyarakat (mayritas bapak/ibu) yang setiap hari rajin menulis, menginformasikan kegiatan dan potensi di kecamatannya masing-masing. Meski tidak punya dasar ilmu menulis, tetapi semangat mereka untuk berbagai informasi lewat tulisan, sangat luar biasa.
Dan, bulan ini, saya juga dipercaya menjadi juri lomba blog competition bertema "Jelajah Cagar Budaya Surabaya" yang diselenggarakan Bagian Humas Pemkot Surabaya. Kali ini, saya diberi 'gelar' sebagai blogger dan freelance writer. (* ah ya, lomba menulisnya masih berlangsung hingga 10 November mendatang, monggo bila ingin berpartisipasi.
Lagi-lagi saya merasa tersanjung. Lha wong saya ini bukan full time blogger ataupun penulis top. Orang sekadar mengenal saya sebagai mantan jurnalis yang nge-blog di Kompasiana. Plus jadi penulis lepas yang kebetulan pernah punya karya tiga buku.
Dari kesempatan 'tampil' yang datang berbarengan itu, saya seolah sedang menjalani alur hidup seperti Waltz. Bila Waltz dikenal lewat penampilannya di serial televisi, saya merasakan betapa Kompasiana telah ikut membentuk branding diri saya sehingga kemudian mendapatkan kesempatan "tampil".