Bila orang yang memiliki keilmuan tinggi bersikap seperti itu, apa iya sudah selaras dengan ilmu padi yang semakin berisi akan semakin merunduk. Bila orang yang baru saja berhaji masih tergoda ingin berlebihan dihormati orang lain, apa iya sudah sesuai dengan semangat haji mabrur yang berarti semakin baik ibadah dan sikapnya kepada orang lain selepas pulang dari tanah suci. Bukankah parameter haji mabrur itu dinilai dan dirasakan oleh orang lain yang berinteraksi dengannya?Â
Karenanya, menjawab pertanyaan dalam judul tulisan ini, menurut saya tidak elok bila orang yang karena gelar ibadah ataupun gelar pendidikan yang tinggi, lantas merasa berlebihan ingin dihargai orang lain sehingga uring-uringan bila tidak mendapatkan rasa hormat seperti yang diinginkannya.
Lha wong, Sang Pemilik manusia jelas-jelas tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri seperti firman-Nya di surat Luqman ayat 18. Pun, langit saja tidak perlu menjelaskan bahwa dirinya tinggi. Karenanya, setinggi apapun derajat, keilmuan dan gelar, di dunia ini sejatinya kita sama: seorang manusia.Â
Seorang manusia yang bila ingin dihormati orang lain, maka harus menghormati orang lain. Tidak perlu ada yang merasa lebih penting dari orang lain. Karena manusia sejatinya bersaudara sama lain dan saling membutuhkan pertolongan orang lain.
Seperti kata eyang Pramoedya Ananta Toer dalam "Cerita Calon Arang", bahwa semua manusia bersaudara satu sama lain. Karena itu, tiap orang yang membutuhkan pertolongan, harus memperoleh pertolongan. Tiap orang keluar dari satu turunan, karena itu satu sama lain adalah saudara". Salam. Barokallah.