Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kala Garuda Muda "Menjemput Impian" ke Piala Dunia

28 Oktober 2018   08:26 Diperbarui: 28 Oktober 2018   09:14 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan, harus diingat, impian untuk sampai pada nirwana bola (Piala Dunia) itu bukanlah mimpi tanpa sebab. Ia sebuah proses panjang. Ketika Kroasia, negara tak terkenal yang tahu-tahu jadi juara III Piala Dunia 1998 silam, itu bukan karena keberuntungan. Pemain-pemain Kroasia telah bermain bersama, bahkan sebelum negara itu merdeka pada tahun 1991 silam. Separoh pemain di tim Kroasia yang tampil di Piala Dunia 1998, merupakan inti kekuatan tim Yugoslavia U-20 kala menjuarai Piala Dunia U-20 1988 di Chile.

Begitu juga sukses Italia ketika menjadi juara dunia 2006. Terlepas dari semangat besar untuk menormalkan nama baikpasca skandal di Liga Italia, tetapi tim itu adalah foto copy tim Italia U-20 yang memenangi Piala Eropa U-21 dengan Andrea Pirlo dan Gennaro Gattuso adalah pasangan sehati di balik sukses itu.    

Garuda Muda Tak Gentar Melawan Jepang

Bicara mimpi ke Piala Dunia, Timnas Indonesia sejatinya masih belajar meraih mimpi itu. Dan dalam belajar, jangan dilupakan bahwa esensi belajar tidaklah melulu untuk mengejar dan membuktikan sesuatu. Dalam hal belajar untuk menjadi besar, yang terpenting adalah penghargaan pada diri sendiri. Penghargaan yang berwujud pada merayakan kegembiraan bermain sepak bola di lapangan.

Nah, malam nanti, Timnas Indonesia U-19 akan mencoba meraih mimpi menuju "surga bola". Timas U-19 yang akan tampil di perempat final Piala Asia U-19, hanya butuh satu kemenangan untuk lolos ke semifinal sekaligus mengamankan tiket lolos ke Piala Dunia U-20 tahun depan di Polandia.

Namun, mimpi itu tidak akan mudah digapai. Sebab, lawan yang dihadapi adalah Timnas Jepang yang merupakan juara bertahan. Di Piala AFC U-19 2016 silam, Jepang menjadi juara untuk kali pertama setelah memenangi adu penalti 5-3 atas Arab Saudi.

Tak hanya sekadar status juara bertahan, Jepang juga tampil ganas di Piala AFC U-19 2018. Dari 16 tim yang tampil, Jepang adalah tim yang "paling rakus" gol. Mereka mencetak 13 gol dalam tiga pertanadingan. Mereka mengalahkan Korea Utara 5-2, menang 3-1 atas Thailand dan menang telak 5-0 atas Irak.

Jepang yang dilatih Akiba Tadahiro, tidak hanya mengandalkan sosok Takefusa Kubo, pemain bernomor punggung 9 yang oleh media-media disebut sebagai "Messi" nya Jepang. Mereka juga punya penyerang Saito Koki bernomor 18 yang sudah mencetak tiga gol.

Namun, seberapa ganas dan hebatnya Timnas Jepang, Garuda Muda tidak boleh gentar. Meski Jepang lebih diunggulkan, tetapi sepak bola tidak selalu memihak tim yang diunggulkan. Justru, sepak bola itu akrab dengan kejutan. Kejutan-lah yang telah menyelamatkan sepak bola dari kehambaran seakan-akan urusan di lapangan selesai dengan 'mantra' statistik.

Ya, Garuda Muda tidak boleh gentar. Seperti yang sering disampaikan pelatih Indra Sjafri: 

"Saya percaya tidak ada yang tidak bisa dikalahkan kecuali Tuhan. Saya tidak mendahului Tuhan. Tetapi saya ingin membuang jauh-jauh mental penakut yang terlalu akut menyerang hati bangsa Indonesia".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun