"Hidup itu seperti wahana rollercoaster".Â
Begitu kata penyanyi Inggris, Ronan Keating. Di lagunya, Life is Rollercoaster yang menandai solo kariernya selepas 'berpisah' dari Boyzone pada era 2000-an silam, penyanyi keren idola milenial zamna dulu ini berkisah tentang hidup yang terkadang sungguh manis ketika kita menemukan cinta. Namun, di lain waktu, hidup seperti mengajak kita "berkelahi"
Hey baby, you really got me flying tonight
Hey sugar, you almost got us punched in a fight
we found love, so dont hide it
Begitulah kira-kira gambaran ritme hidup yang tengah dijalani pebulutangkis tunggal putra Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting di lapangan yang bak menjadi rumah kedua baginya.
Bila mengandaikan Ginting tengah menaiki rollercoaster, maka pada pertengahan September lalu, dia tengah berada di puncak. Anak muda kelahiran Cimahi 20 Oktober 1996 ini tampil hebat di China Open 2018 dengan mengalahkan semua pemain unggulan dan akhirnya menjadi juara salah satu dari tiga turnamen level tertinggi BWF World Tour itu.
Namun, tiga pekan kemudian, rollercoaster yang dinaiki Ginting seolah langsung menukik tajam. Ginting langsung kalah di putaran pertama (babak 32 besar) Denmark Open 2018 pada 16 Oktober 2018 lalu. Dia kalah dari Kento Momota, lawan yang dia kalahkan di final China Open 2018.
Kala itu, Ginting mengaku tidak bisa mengeluarkan salah satu "senjata andalan" nya, yakni permainan di depan net. Netting nya acapkali gagal berbuah poin. Justru malah menjadi poin pemberian bagi Momota karena acapkali shuttlecok pengembaliannya menyangkut di net. Dia juga menyebut Momota kali ini tampil lebih agresif dibanding pertemuan sebelumnya.
Dan memang, pelatih tunggal putra PBSI, Hendry Saputra menyebut Ginting di pertandingan itu beberapa kali melakukan kesalahan sendiri yang berbuah poin bagi Momota. Terutama di game ketiga sehingga akhirnya kalah rubber game 18-21, 21-23, 15-21.
Toh, menyikapi kekalahan Ginting di babak pertama itu, PBSI masih menganggapnya 'wajar'. Menurut Kepala Bidang Pembinaan Prestasi PBSI Susy Susanti, dalam mengevaluasi hasil yang diraih pemain, tidak bisa dipukul rata. Namun, juga dilihat siapa lawan yang dihadapi.
Nah, karena lawannya Kento Momota, sang juara dunia 2018 yang juga akhirnya menjadi juara Denmark Open 2018, kegagalan Ginting itu pun "dimaafkan". Mungkin beda cerita bila Ginting kalah dari pemain non unggulan.
Dan, asumsi tersebut ternyata benar-benar kejadian di babak pertama French Open 2018 yang berlangsung di Paris, Selasa (23/10) tadi malam. Ginting yang menjadi unggulan 8, langsung kandas di putaran pertama setelah kalah dari pemain non unggulan, Kantaphon Wangcharoen. Ginting kalah dua set langsung, 20-22, 12-21 dalam waktu 54 menit.