Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kita, Orang Dewasa yang Sering Kekanak-kanakan

11 Oktober 2018   10:29 Diperbarui: 17 Oktober 2018   08:53 1427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampean (Anda) pernah membaca atau mendengar dongeng tentang Ali Baba dan kakaknya Qasim serta harta berlimpah di dalam gua. Itu salah satu dongeng yang disukai anak saya. Sebuah dongeng sarat pesan. Bahwa, dalam menjalani hidup, mereka yang serakah akan celaka, sementara yang mengambil secukupnya akan selamat.

Ali Baba yang apa adanya dan Qasim yang serakah, sama-sama tahu "kata password" untuk masuk/keluar ke gua yang menjadi temat penimbunan harta bagi kawanan pencuri. Ali Baba selamat karena hanya mengambil seperlunya.

Sementara Qasim yang tamak, dibutakan harta sehingga ingin membawa pulang semuanya. Dan, diapun lupa kata kuncinya sehingga tidak bisa keluar dari gua dan hidupnya berakhir ditangan kawanan pencuri.

Bahwa, mereka yang dewasa, akan lebih banyak mengedepankan rasa syukur meskipun mendapatkan sesuatu yang bernilai kecil. Mereka akan mudah berterima kasih kepada orang lain.

Sementara mereka yang kekanak-kanakan, cenderung selalu merasa kurang dan jarang mensyukuri dengan apa yang didapatnya. Karena selalu merasa kurang, hidupnya pun banyak dihabiskan dengan mengeluh, nyinyir dan iri pada orang lain.

Ketika berkonflik dengan orang lain

Hidup berkelompok dengan orang lain yang berbeda karakter dan perilaku, terkadang rentan memunculkan konflik. Bisa jadi hanya karena salah paham lantas ketidaksukaan pada orang lain pun tumbuh.

Mereka yang dewasa tidak akan mau membiarkan masalah berlarut-larut. Mereka mau memahami orang lain dan mudah untuk memaafkan maupun meminta maaf sehingga bisa segera kembali berbaikan. Sementara mereka yang kekanak-kanakan, cenderung mudah bawa perasaan, susah move on dan susah memaafkan orang lain. Terlebih bila suka mencari-cari kesalahan orang lain.

Pendek kata, menjadi dewasa atau kekanak-kanakan itu memang sebuah pilihan. Bukan ujug-ujug datang seperti halnya umur yang bertambah (ataupun berkurang jatahnya) setiap tahun. Tinggal kita mau memilih menjadi yang mana.

Dan pilihan tentunya harus selaras antara kata dan perbuatan. Orang disebut dewasa atau kekanak-kanakan karena sikap dan perilaku yang dipertontonkannya kepada orang lain. Karena penyebutan sikap dewasa dan kekanak-kanakan itu sejatinya hasil dari penilaian orang lain. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun