Perihal kedekatan dengan istri ini, saya jadi teringat cerita ketika kali pertama mendampingi istri periksa kehamilan anak pertama di dokter kandungan, sekira pada awal 2011 silam.
Selepas dari ruang dokter dan puas bertanya-tanya lalu beranjak pulang, ketika di tempat parkir kendaraan, pandangan saya tertuju pada pasangan suami istri yang juga hendak memeriksa kehamilan. Yang membuat saya heran, ternyata hanya istrinya saja yang masuk ke ruang dokter.Â
Sementara si suami malah duduk santai di atas tempat duduk motornya. Seolah tidak ada keinginan untuk mendampingi istri masuk ke ruang dokter, meski hanya sekadar mengobrol untuk menunggu antrean. Lha, ini 'usaha' nya bersama kok seolah istrinya saja yang menanggung sendirian kehamilannya. Astaga.Â
Tetapi memang, pasangan suami dan istri yang 'berjarak' seperti ini, ternyata masih ada. Mereka yang tidak hanya seolah berjarak dalam hal berkomunikasi. Bahkan, mereka juga berjarak dalam pembagian peran sebagai pasangan. Seolah-olah tugas suami hanya bekerja di lua rumah dan urusan rumah menjadi kewenangannya istri. Padahal, rumah ditempati berdua, seharusnya juga memberesi pekerjaan rumah berdua.
Karenanya, dari kisah perjuangan Indro Warkop mendampingi istrinya yang sakit hingga dipanggil Yang Maha Kuasa, kita seperti diajari. Kita diajari tentang cinta sejati itu masih ada. Bahwa cinta sejati itu tidak hanya indah di awal-awal saja, tetapi dibuktikan (diperjuangkan) sepanjang usia dengan kesetiaan. Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H