Dan memang, pembangunan harus jalan terus, pelayanan kepada masyarakat juga tidak boleh berhenti. Pendek kata, Malang harus dimotivasi dan juga mampu memotivasi dirinya untuk menjadi lebih baik.
Nah, bicara memotivasi Malang, ketika pasangan walikota/wakil wali kota Malang terpilih periode 2018-2023, Sutiaji-Sofyan Edi Jarwoko dilantik Gubernur Jawa Timur, Soekarwo pada 24 September 2018 lalu, ada banyak motivasi yang diberikan kepada mereka.
Soekarwo menekankan pentingnya menjaga keharmonisan dan komunikasi antara kepala daerah dengan DPRD. Dia menyebut pentingnya integritas dalam mengelola dan membangun daerah. Serta perlu langkah-langkah preventif dalam pencegahan tindak pidana korupsi khususnya dalam proses pengadaan barang dan jasa.Â
Pengelolaan keuangan juga diharap memperhatikan aspek transparansi serta meningkatkan pelayanan publik. "Harus ada langkah-langkah maksimal dalam memerangi korupsi dalam bentuk apapun," kata Soekarwo.
Kota Malang Diminta "Nyari Musuh"Â
Nah, pesan paling menarik adalah ajakan Soekarwo agar Malang mencari "musuh" yang disampaikan saat pidato di Rapat Paripurna Penyampaian Visi Misi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Malang Periode 2018 - 2023. Mengapa harus "nyari musuh"?
Musuh dalam artian kota yang bisa menjadi role model sekaligus kompetitor agar Malang lebih terlecut untuk maju. Tidak boleh ada sikap terlena apalagi cepat puas dengan pencapaian di kota sendiri sementara ada kota lain yang justru jauh lebih mampu dalam menerapkan reformasi birokrasi, berhasil dalam pembangunan infrastruktur dan bisa melahirkan berbagai inovasi dalam pelayanan publik. Pendek kata, harus dimunculkan "sikap iri" dalam konotasi baik untuk lebih memacu diri.
Lima tahun tidak mengikuti langsung perkembangan Kota Malang (karena sudah sangat jarang ke sana), membuat saya "jadi buta" apa saja sebenarnya pekerjaan rumah di Malang sekarang ini. Meski dari, penuturan seorang kawan yang tinggal di Malang, masalahnya ternyata masih kurang lebih sama dengan beberapa tahun lalu.
Nasrul Hamzah, seorang kawan jurnalis yang melek kondisi Malang dan kini tengah berikhtiar maju sebagai calon anggota legislatif DPRD Kota Malang, menyebut ada beberapa hal yang harus diperbaiki di Malang. Namun, yang paling utama adalah infrastruktur, anggaran dan pendapatan.
Menurut anak muda ini, Malang memang harus "mencari musuh" bila ingin move on dari prahara yang baru saja mengguncang kota bunga ini. Dia menyebut Kota Surabaya bisa menjadi 'musuh' sekaligus role model bagi Malang. Dia mencontohkan soal kemacetan.Â
"Lembaga Riset Inrix bahkan menempatkan Malang menjadi kota termacet ketiga setelah Jakarta dan Bandung. 'Prestasi' macet Kota Malang bahkan menggusur Kota Surabaya yang sudah berbenah dengan baik mengatasi hal ini. Kemacetan tentu berdampak pada ekonomi. Investasi bisa jadi akan menurun dengan kondisi macet Kota Malang," ujarnya.