Ketika Cristiano Ronaldo diberitakan resmi pindah ke Juventus, ada banyak pengamat, pecinta maupun mereka yang "baru kenal bola" menyebut Real Madrid akan "habis".Â
Prediksi yang meski terlalu prematur, tetapi sangat beralasan merujuk pada pengaruh besar Ronaldo bagi Real Madrid dalam beberapa tahun terakhir.
Sukses Real Madrid menjadi juara Liga Champions empat kali dalam empat tahun terakhir, tidak lepas dari peran besar Ronaldo sebagai pencetak gol dan juga "motivator" bagi rekan-rekannya.
Pendek kata, Ronaldo dan Madrid adalah pasangan klop yang ketika bersama menghadirkan kekuatan dashyat.Â
Karenanya, ketika keduanya "bercerai", Madrid-lah yang dianggap paling merugi. Sebab, akan sulit menemukan pemain sekomplet Ronaldo dalam waktu dekat.
Anggapan itu seolah menemui pembenaran ketika Real Madrid kalah dari Atletico Madrid dalam perebutan Piala Super Eropa pada 16 Agustus lalu. Kala itu, Real Madrid kalah 2-4 lewat perpanjangan waktu.
Padahal, di era Ronaldo, Madrid hampir selalu bisa menang atas tim tetangganya itu. Termasuk di final Liga Champions 2014 yang berakhir 4-1 juga lewat perpanjangan waktu.Â
Ditambah, kemenangan adu penalti di final Liga Champions 2016. Tanpa Ronaldo, Madrid seolah kehilangan energi ekstra yang mereka perlihatkan sebelumnya ketika melakoni masa perpanjangan waktu.
Toh, Real Madrid rupanya menolak anggapan itu. Mereka ingin membuktikan ujaran bahwa tidak ada pemain yang lebih besar dari klub. Bahwa klub adalah segalanya.
Yang terjadi kemudian, Real Madrid mengawali Liga Spanyol 2017/2018 dengan tiga kemenangan beruntun dan tidak terkalahkan hingga pekan kelima (empat kali kemenangan dan sekali imbang).Â
Ronaldo? Dia bahkan kesulitan untuk sekadar mencetak gol pertamanya di Liga Italia bersama Juventus. Â