Bahwa hidup itu berjalan sangat cepat. Hidup itu singkat. Lalu, apa iya kita mau membuang waktu untuk terus membicarakan orang yang dibenci.
Pun, dalam soal pilihan politik yang sejatinya soal pilihan, lantas kita membenci orang yang tidak sama pilihannya dengan kita. Apa iya kita mau terus berdebat dan berargumen yang didorong kebencian karena sikap fanatik akibat berbeda pilihan itu. Â
Malah, terkadang kita sampai lupa untuk memperhatikan orang-orang yang kita cinta karena terlalu sering menggerutu tentang orang yang kita benci. Padahal, hidup itu terlalu singkat untuk membalas kebaikan orang-orang yang mencintai kita. Lalu, kenapa kita harus menghabiskan waktu untuk membenci orang lain? Mengapa kita merusak hubungan yang sudah baik hanya karena hal-hal yang sejatinya tidak perlu dimasukkan hati.
Benci akan membuat kita 'terpenjara'
Ketika membenci seseorang, kita akan lebih memilih menghindari orang itu. Ogah bertemu. Sebab, emosi kita mendorong kita merasa tidak nyaman ketika dia ada di dekat kita. Bial seperti itu, ruang gerak pun menjadi terbatas karena ulah sendiri.
Bayangkan saja, semisal di kampus, ketika hendak ke kantin atau ke perpustakaan, karena melihat ada orang yang dibenci, niat itu pun diurungkan. Pun di lingkungan tempat tinggal, semisal ada tetangga yang tidak disuka, ketika hendak jogging di pagi hari, bisa saja batal hanya karena orang yang dibenci itu ternyata berada di depan rumahnya dan kita malas bertemu dengannya. Bukankah itu sama artinya dengan kita terpenjara oleh ulah sendiri.
Ya, membenci itu melelahkan. Jangan terbiasa mencaci, jangan sisakan ruang di hati untuk membenci. Mulailah memaafkan. Mulailah dengan berdamai dengan dirimu sendiri. Sebab, hati kita berhak akan kedamaian. Hidup kita akan bahagia bial mengingat kebaikan orang lain, bukan sebaliknya. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H