Temuan ini yang kemudian membuktikan dan dijadikan dasar sebab-sebab beberapa kasus gangguan kesehatan yang kita alami, berawal karena emosi yang tidak mampu ter-manage dengan baik. Nah, membiarkan diri terus membenci orang lain merupakan salah satu wujud ketidakmampuan menata emosi.
Memang, 'godaan' untuk benci itu bisa datang kapan saja. Sebab, kita memang tidak bisa lepas dari interaksi sosial. Baik interaksi sosial di dunia nyata maupun di dunia maya. Dan, tak semua interaksi tersebut berjalan menyenangkan. Terkadang, hubungan dengan orang lain membuat kita marah dan sakit hati. Tak jarang, akhirnya kita akan mengorbankan hubungan itu dengan membenci.
Terkadang, membenci mereka yang pernah menyakiti hati kita seolah dibenarkan. Namun, kita sejatinya bisa memilih: mau terus membenci atau memaafkan. Sebab, hidup tak seharusnya habis hanya untuk membenci dan memikirkan mereka yang membuat hidup kita susah.
Nah, jika sampean (Anda) masih butuh diyakinkan untuk mulai berhenti membenci, ada beberapa gambaran betapa tidak enaknya kehidupan orang yang dibakar benci.
Jangan buang energi dengan membenci orang
Konon, untuk marah untuk membutuhkan energi yang lebih besar dibanding tersenyum. Begitu juga membenci seseorang, itu membutuhkan energi yang sama dengan mencintai. Membenci orang lain itu membuat kita merasa lelah. Lelah karena membuang energi percuma.
Betapa tidak melelahkan, semisal setiap kali bertemu dengan orang yang dibenci, kita akan sibuk mencela, uring-uringan dan menggerutu tentang orang tersebut. Sampai kita lupa urusan kita sendiri. Padahal, masih banyak hal penting yang bisa dilakukan dibandingkan menghabiskan energi untuk memikirkan hal yang tidak menguntungkan.
Ah, tanpa membenci orang lain saja, hidup ini terkadang sudah cukup melelahkan untuk dipikirkan. Apalagi bila harus ditambahi membenci orang lain yang membuat kita dikuasai emosi jahat. Â
Membenci orang lain itu hanya membuang waktumuÂ
Ketika pulang ke kampung lantas melihat sawah di belakang rumah ibu, lamunan tentang masa kecil bermain layangan di sawah, mencari jangkrik, memanen padi lantas bermunculan. Seolah baru kemarin. Padahal itu sudah puluhan tahun lalu. Bahkan, sawah itu pun sudah berganti menjadi kompleks perumahan.