Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Fajri "Meledak", Final Ganda Putra Asian Games Bakal Sering 'Terulang'

1 September 2018   11:15 Diperbarui: 1 September 2018   14:15 1476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fajri meledak? Benarkah?

Bukankah di final bulutangkis ganda putra Asian Games 2018, Fajri yang merupakan kependekan dari pasangan Fajar Alfian dan Muhammad Rian Ardianto tidak berhasil meraih medali emas? Bukankah mereka lagi-lagi tidak mampu mengalahkan "senior" mereka, Marcus Gideon dan Kevin Sanjaya di final yang akhirnya jadi juara.

Benar, Fajar dan Rian memang tidak mampu meraih medali emas Asian Games 2018. Namun, bukankah ukuran sebuah keberhasilan seorang atlet, terlebih bila usianya masih muda, tidak sekadar dilihat dari hasil akhir?

Saya termasuk yang mengamini pendapat itu. Bahwa keberhasilan seorang atlet, sejatinya lebih kepada konsistensi penampilan mereka di lapangan/arena mereka bertanding atau berlomba. Sebab, hasil sejatinya hanyalah cerminan dari penampilan di lapangan.

Dan, bila sampean (Anda) seorang pecinta bulutangkis alias badminton lover yang sudah sejak lama mengikuti performa Fajri di turnamen-turnamen BWF Super Series atau Premier hingga tahun 2018 ini berganti nama menjadi BWF World Tour, tidak akan sulit untuk menyebut keduanya mengalami progress luar biasa. Ya, penampilan Fajri 'meledak' di Asian Games 2018.

Dalam beberapa tahun terakhir, Fajri memang memperlihatkan potensi bagus. Dari enam ganda putra Indonesia yang tampil di turnamen-turnamen BWF, mereka menjadi ganda putra paling terdepan sebagai pelapis Marcus/Kevin yang merupakan ganda putra nomor satu Indonesia bahkan rangking satu dunia.  

Punya Potensi Tapi Penampilanya Sempat Naik Turun

Potensi Fajar atau Rian langsung terlihat ketika mereka mulai dipasangkan di pertengahan tahun 2014. Kala itu, Agustus 2014, Fajar/Rian tampil sebagai juara Indonesia International Challenge. 

Di tahun berikutnya (2015), Fajri meraih tiga gelar: Austrian Open, Indonesia International dan New Zealand Open yang merupakan turnamen level Grand Prix (selevel di atas international challenge). Termasuk gelar Indonesia IC 2016 dan Taiwan Masters 2016.

Namun, penampilan mereka sempat merosot di tahun 2017. Tidak ada satupun gelar yang bisa mereka raih. Prestasi paling maksimal 'hanya' runner up Bitburger Open 2018--turnamen level Grand Prix. Berkebalikan dengan mereka, Marcus dan Kevin malah berjaya di tahun 2017 dengan meraih hampir semua gelar turnamen yang mereka ikuti.  Kering gelar di tahun 2017 itu yang rupanya membuat Fajri gregetan. Mereka ingin move on.

Fajar/Rian bersama pelatih ganda putra PBSI, Herry Imam Pierngadi. Fajar/Rian penampilannya sempat naik turun/Foto: PBSI
Fajar/Rian bersama pelatih ganda putra PBSI, Herry Imam Pierngadi. Fajar/Rian penampilannya sempat naik turun/Foto: PBSI
Di tahun 2018 ini, Fajri langsung tancap gas. Pertengahan Januari lalu, Fajri tampil sebagai juara Malaysia Masters 2018 yang merupakan turnamen pembuka di tahun 2018. Di turnamen BWF World Tour Super 500 tersebut, Fajri mengalahkan ganda nomor satu tuan rumah yang merupakan peraih medali perak di Olimpiade 2016, Goh V Shem atau Tan We Kiong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun