Fajri meledak? Benarkah?
Bukankah di final bulutangkis ganda putra Asian Games 2018, Fajri yang merupakan kependekan dari pasangan Fajar Alfian dan Muhammad Rian Ardianto tidak berhasil meraih medali emas? Bukankah mereka lagi-lagi tidak mampu mengalahkan "senior" mereka, Marcus Gideon dan Kevin Sanjaya di final yang akhirnya jadi juara.
Benar, Fajar dan Rian memang tidak mampu meraih medali emas Asian Games 2018. Namun, bukankah ukuran sebuah keberhasilan seorang atlet, terlebih bila usianya masih muda, tidak sekadar dilihat dari hasil akhir?
Saya termasuk yang mengamini pendapat itu. Bahwa keberhasilan seorang atlet, sejatinya lebih kepada konsistensi penampilan mereka di lapangan/arena mereka bertanding atau berlomba. Sebab, hasil sejatinya hanyalah cerminan dari penampilan di lapangan.
Dan, bila sampean (Anda) seorang pecinta bulutangkis alias badminton lover yang sudah sejak lama mengikuti performa Fajri di turnamen-turnamen BWF Super Series atau Premier hingga tahun 2018 ini berganti nama menjadi BWF World Tour, tidak akan sulit untuk menyebut keduanya mengalami progress luar biasa. Ya, penampilan Fajri 'meledak' di Asian Games 2018.
Dalam beberapa tahun terakhir, Fajri memang memperlihatkan potensi bagus. Dari enam ganda putra Indonesia yang tampil di turnamen-turnamen BWF, mereka menjadi ganda putra paling terdepan sebagai pelapis Marcus/Kevin yang merupakan ganda putra nomor satu Indonesia bahkan rangking satu dunia. Â
Punya Potensi Tapi Penampilanya Sempat Naik Turun
Potensi Fajar atau Rian langsung terlihat ketika mereka mulai dipasangkan di pertengahan tahun 2014. Kala itu, Agustus 2014, Fajar/Rian tampil sebagai juara Indonesia International Challenge.Â
Di tahun berikutnya (2015), Fajri meraih tiga gelar: Austrian Open, Indonesia International dan New Zealand Open yang merupakan turnamen level Grand Prix (selevel di atas international challenge). Termasuk gelar Indonesia IC 2016 dan Taiwan Masters 2016.
Namun, penampilan mereka sempat merosot di tahun 2017. Tidak ada satupun gelar yang bisa mereka raih. Prestasi paling maksimal 'hanya' runner up Bitburger Open 2018--turnamen level Grand Prix. Berkebalikan dengan mereka, Marcus dan Kevin malah berjaya di tahun 2017 dengan meraih hampir semua gelar turnamen yang mereka ikuti. Â Kering gelar di tahun 2017 itu yang rupanya membuat Fajri gregetan. Mereka ingin move on.