Itu saja? Sepertinya tidak. Ketika pemain masuk Pelatnas, mereka memang buah hasil didikan di klub. Mereka sudah punya kualitas yang membuat mereka layak masuk di "timnas". Namun, ketika di Pelatnas, sosok pelatih-lah yang lantas mengasuh mereka hingga menjadi pemain yang matang mental.
Dan, yang terpenting, sosok pelatih-lah yang memiliki citarasa atau bahkan mungkin 'penerawangan' seorang pemain ganda cocok berpasangan dengan siapa merujuk pada kelebihan dan kelemahan masing-masing.
Kevin Sanjaya misalnya, di level junior, dia pernah bermain bersama Arya Maulana Aldiartama dan Alfian Eko Prasetya di Kejuaraan junior Asia. Bahkan, Kevin juga  sempat bermain di sektor ganda campuran bersama Masita Mahmudin dan meraih medali perak di Kejuaraan Dunia junior 2013.
Di level senior, sebelum panen gelar bersama Marcus Gideon di tahun 2015, Kevin juga pernah bermain bareng Selvanus Geh juga Wahyu Nayaka dan pernah meraih beberapa gelar di level BWF Grand Prix/BWF International Challenge.
Begitu juga dengan Muhammad Rian Ardianto. Sebelum rutin bermain bareng dengan Fajar Alfian sejak tahun 2015, dia sempat mencicipi berpasangan dengan pemain lain. Rian pernah bermain dengan Clinton Hendrik Kudamassa di ganda putra level junior. Mereka meraih medali perunggu di Kejuaraan Dunia junior tahun 2014. Dia juga pernah merasakan main di ganda campuran bersama Rosyita Eka Putri dan meraih medali perak di Kejuaraan Dunia junior tahun 2014.
Artinya, dua pasangan ganda putra Indonesia yang akan tampil di final Asian Games 2018 ini tidak mendadak jadi hebat. Mereka juga mengalami proses panjang. Dan, selama proses panjang itu, kemauan kuat mereka untuk berhasil juga kepekaan pelatih dalam melihat potensi terbaik mereka, menjadi faktor penentu sukses mereka hingga seperti sekarang.
Dan, sejujurnya, sebagai penggemar bulutangkis, merujuk pada sukses ganda putra dalam melakukan regenerasi juga keberhasilan melakukan bongkar pasang yang tepat, saya juga ingin melihat hal serupa terjadi di sektor ganda putri dan ganda campuran kita.
Upaya bongkar pasang untuk mencari pasangan terbaik sudah dilakukan pelatih ganda putri dan ganda campuran PBSI. Sayangnya, hasilnya belum memuaskan. Di ganda putri, bongkar pasang pernah dilakukan dengan 'menceraikan' Ni Ketut Mahadewi/Anggia Shitta Awanda. Sayang hasilnya belum terlihat.
Dan yang paling mencolok adalah memisah pasangan ganda campuran, Praveen Jordan/Debby Susanto sejak awal tahun 2018 lalu. Praveen dipasangkan dengan Melati Daeva Oktavianti. Sementara Debby Susanto dipasangkan dengan Ricky Karanda yang merupakan mantan pemain ganda putra. Sayangnya, hasilnya juga belum memuaskan. Mereka belum mampu berbicara di tingkat elit dunia. Ricky/Debby yang tampil di Asian Games 2018, terhenti di round 2.